Sukses

'Kehilangan 2 Tangan dan 2 Kaki, Hidupku Justru Lebih Bahagia'

Dari gejala demam biasa, Alex Lewis ternyata menderita penyakit serius. Ia harus kehilangan tangan, kaki, juga bibirnya.

Liputan6.com, London - Alex Lewis kehilangan 2 tangan dan 2 kakinya. Ia berhak dirundung kesedihan atau putus asa karenanya. Namun, pada usianya yang kini 34 tahun, pria tabah itu justru mengaku bahagia. Bahkan jauh lebih bahagia daripada sebelum ia kehilangan anggota tubuhnya itu.

Pria asal Stockbridge, Hampshire, Inggris itu merasa beberapa tahun belakangan adalah saat yang luar biasa. Salah satunya, ia merasa amat dekat dengan orang-orang terkasih.

"Mengubah pikiranku tentang menjadi ayah, pasangan, juga menjadi manusia seutuhnya," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari BBC.com, Kamis (22/1/2015).

Orang mungkin tak percaya, namun, hal-hal luar biasa justru bisa saja hadir saat seseorang dalam keadaan tak berdaya. Meski, sama sekali tak mudah untuk menjalaninya.

Hidup Alex Lewis berbalik 180 derajat hanya dalam beberapa minggu. Sebelumnya, ia adalah seorang pemilik pub yang cekatan.

Penyakit tak hanya merenggut tangan dan kakinya. Lewis juga kehilangan bibir dan sebagian hidungnya. Ahli bedah telah mencangkok kulit bahunya untuk membentuk kembali bibirnya.

"Ada hari-hari di mana aku bangun dan merasa, 'Aduh, bahuku sakit atau, auw puntung kakiku nyeri'. Tapi aku terus maju," kata dia.

Lewis juga sering melempar guyon,  ia merasa mirip karakter kartun The Simpsons. Gara-gara bibirnya yang makin lebar.

Kini, yayasan sosial yang didirikan, yang menyandang namanya memberi dorongan besar untuk menolong sesama. Dengan segala kekurangan fisik yang diimbangi kebesaran hatinya itu.

Meski selalu berusaha bersikap positif, ada beberapa kesenangannya yang hilang. Ia tak bisa lagi memasak, bermain golf, ia dan pasangannya Lucy juga harus rela kehilangan pub yang mereka kelola.

Kesempatan Hidup 5 %



Perubahan drastis dalam hidup Lewis berawal pada November 2013. Awalnya ia mengira terkena 'man flu' -- istilah yang mewakili penurunan resistensi terhadap pneumonia atau penyakit penapasan lain. Namun, saat ia menjumpai darah dalam urine, benjol  jerawat, dan memar kulit, ia tahu, hal serius sedang terjadi.

Ternyata, ia menderita  infeksi streptokokus atau streptococcal infection (tipe A). Lewis lalu cepat-cepat dilarikan ke rumah sakit pada 17 November 2013.

Namun, terlambat, infeksi terlanjur menembus jauh ke dalam jaringan dan organnya, memicu keracunan darah atau sepsis -- kondisi yang mengancam jiwa yang menyebabkan kegagalan organ multiple.

Kulit di lengan dan kaki, juga sebagian wajah menghitam dan mengalami nekrosis atau mati (gangren). Bagi keluarga dan rekan, berada di sampingnya Lewis yang harus bergantung pada alat penopang hidup, adalah hal mengerikan.

Namun bagi putranya, Sam -- yang kala itu berusia 3 tahun. Ia seakan melihat sang ayah dilumuri cokelat.

Anggota badan Lewis yang terinfeksi kemudian mulai meracuni seluruh tubuhnya. Tak hanya bergantung mesin, ia juga harus merelakan lengan kirinya diamputasi di atas siku.

Lewis berusaha tak sedih. Sebab dokter kala itu memaparkan fakta pahit. "Lengan itu bisa saja membunuhku."

Meski lengannya telah diamputasi, ia belum lolos dari bahaya. Ancaman lain datang dari 2 kakinya. Langkah amputasi pun dilakukan, satu kaki, dan menyusul lainnya. Lewis kala itu hanya punya lengan kanannya.

Dokter berupaya keras mempertahankan lengan kanannya itu. Butuh 17, 5 jam operasi di malam Natal 2013, untuk menyingkirkan jaringan yang mati dan mencangkokkan tulang belikat, kulit, otot, dan syaraf yang diambil dari lengan kirinya yang diamputasi lebih dulu.  

Namun, toh, pada akhirnya lengan terakhirnya tidak bisa dipertahankan. Pasangannya sedih bukan kepalang, namun Lewis mengaku tak peduli. Baginya, lebih baik kehilangan saat itu juga, ketimbang terus berharap lengannya itu akan berfungsi kembali, yang mustahil terkabul.

Kehilangan 2 lengan dan 2 kaki membuat Lewis harus kembali belajar melakukan hal-hal yang biasa dilakukannya dulu. Ia bahkan tak mampu bangun dari tempat tidur, mandi, berpakaian sendiri.

Target pertama yang ingin diraihnya adalah belajar jalan. Ia memulai kursus berjalan Queen Mary's Hospital di Roehampton. Kejutan! Hanya dalam 2 minggu ia bisa melangkah dengan kaki prostetiknya.

Kini, setelah 3 bulan langkahnya makin mantap, meski kerap canggung. "Terutama saat naik tangga. Sulitnya bukan main. Juga saat menghadapi medan berbeda."

Ia juga mulai menggunakan tangan prostetik yang dilengkapi kait. Lewis kini sudah bisa membuka lemari es, mengambil minum, atau membuka sekantong permen.

Ayah 1 anak itu mengaku masih merasa hidup dalam dunia mimpi. Semua yang dialami saat ini masih terasa 'sedikit asing'. Terutama saat bercermin, rasanya luar biasa, Lewis mengaku merasakan tubuhnya -- yang telah menjadi bagian dari dirinya selama 33 tahun sebelumnya -- telah berubah tanpa ia sadari.

"Orang mungkin kecewa karenanya. Tapi, saya merasa bahwa tubuh manusia sangat luar biasa."

Lewis saat ini mampu berdiri tegak. Ia berharap suatu hari nanti bisa berjalan mantap di lorong menuju altar gereja. Saat menikahi pasangannya, Lucy. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini