Sukses

Pengakuan Perempuan yang Sama Sekali Tak Punya Rasa Takut

SM, perempuan asal Amerika Serikat itu tak punya rasa takut. Kali ini ia berbicara pada dunia tentang apa yang dialaminya.

Liputan6.com, Iowa - Rasa takut adalah mekanisme pertahanan hidup dasar yang dimiliki manusia. Merupakan respons terhadap suatu stimulus tertentu, seperti rasa sakit atau ancaman bahaya. Itu mengapa, kebanyakan manusia akan gentar saat berhadapan dengan kalajengking berbisa, atau merasakan jantung deg-degan dan tubuh bergetar hebat saat berada di tepi tebing yang curam. Namun, tidak bagi perempuan ini.

Sebut saja namanya SM. Perempuan asal Amerika Serikat itu tak punya rasa takut.

Beberapa kali ia menghadapi situasi yang bisa mengancam jiwanya. Namun, ibu 3 anak itu tak menganggapnya sebagai bahaya. Ia tak panik saat ditodong pistol atau ujung pisau tajam. Bahkan tak merasa perlu melapor ke polisi setelahnya.

Perempuan itu juga nyaris tewas dipukuli oleh suami pertamanya. Sakit memang, tapi ia sama sekali tak merasakan takut.

Saat berhadapan dengan ular berbisa, SM justru merasa penasaran dan ingin mendekatinya. Ia harus menahan diri untuk tidak memegang hewan berbahaya itu.

Sudah 15 tahun para dokter mempelajari kondisi SM, namun perempuan tersebut belum pernah diwawancara media. Sebab, tim ahli syaraf dari University of Iowa, yang memeriksa kondisinya, sengaja menutupi identitas SM. Jika sampai terbongkar orang-orang yang berniat jahat bisa memanfaatkannya.

Jadi Dr Daniel Tranel dari University of Iowa melakukan wawancara dan menyerahkan hasilnya ke jurnalis radio NPR.

Dalam wawancara itu, Dr Daniel Tranel memulai dengan meminta SM untuk mendeskripsikan apakah rasa takut itu.

Jawabannya, "Ya, aku sedang berusaha mendeskripsikannya...jujur, aku tak punya petunjuk," kata perempuan 44 tahun itu, seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Kamis (22/1/2015).

SM hanya ingat, suatu hari ia bereaksi pada lele yang ditangkap ayahnya. Kala itu ia masih gadis kecil. Ia tak mau ikan itu menggigitnya. Mungkin, itulah rasa takut.

Jangan kira tak punya rasa takut itu keren...

Suatu hari, saat putra-putranya masih keil, ia berjalan ke sebuah toko. Tiba-tiba pria yang sedang duduk di bangku taman memanggilnya.

"Ia menarik pakaianku dan menodongkan pisau. Pelaku mengancam akan memotong leherku," kata SM.

Namun, perempuan itu sama sekali tak takut. "Aku bilang padanya, 'silakan, potong leherku. Setelah itu aku akan kembali dan menghantuimu'," kata dia.

Entah bagaimana, pelaku melepaskannya, dan SM pulang ke rumahnya. Namun, ia sama sekali tak menghubungi polisi, tak merasa baru lepas dari bahaya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bagian Otak Mengeras

Bagian Otak Mengeras

Apa yang terjadi pada SM?

Perempuan itu menderita kelainan genetika langka yang disebut Urbach-Wiethe, yang membuat bagian dari otaknya mengeras dan tak berfungsi.

Ada 3 gejala umum Urbach-Wiethe. Orang yang mengalaminya biasanya memiliki suara serak, benjolan kecil di sekitar mata, dan deposit kalsium di otaknya.

Deposit tersebut lah yang menyebabkan bagian otaknya mengapur dan mengeras -- yang bisa memicu epilepsi atau kelainan lain.

Dalam kasus SM, adalah sekelompok saraf yang berbentuk kacang almond yang disebut amigdala (amygdalae) yang mengeras.

Padahal, amigdala dipercayai merupakan bagian otak yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi. Sangat krusial terhadap pembentukan respons takut. Itu mengapa SM tak pernah ketakutan.

Biasanya, dalam situasi yang bisa memicu bahaya, amigdala akan mengirimkan sinyal ke tubuh manusia -- yang akan merangsang rasa takut: jantung yang berdebar, gelisah, atau telapak tangan yang basah oleh keringat.  

SM juga tak mampu mengenali ekspresi wajah yang ketakutan. Pada dirinya dan orang lain.

Namun, para dokter menggarisbawahi, bahwa kelainan yang dialami SM terisolasi hanya untuk rasa takut. Perempuan itu punya kecerdasan (IQ) yang normal dan bisa merasakan gembira, sedih, marah -- sama seperti orang lain.

Sejauh ini para ilmuwan mengidentifikasi hanya 400 orang yang hidup dengan Urbach-Wiethe.

Dua tahun lalu, pada 2013, para ilmuwan dari University of Iowa berhasil membuat SM merasa takut. Saat mereka membuatnya menghirup karbon dioksida.

Bahkan dalam konsentrasi yang rendah, amigdala bisa mendeteksi CO2 dalam tubuh manusia -- yang memicu rasa takut dan panik karena merupakan tanda potensi mati lemas karena kekurangan oksigen.

Awalnya para ilmuwan memprediksi, SM tak akan panik. Namun yang terjadi sebaliknya.

Profesor Antonio Damasio dari University of Iowa, yang juga mempelajari kondisi SM mengatakan, tak adanya rasa takut pada diri pasien bukan berarti ia tak pernah mengalami kenangan traumatis. Sejumlah peristiwa buruk dalam kehidupan SM hanya tak tersimpan sebagai ancaman atau hal buruk dalam memorinya.

Bahkan ketika suami pertamanya memukulinya hingga nyaris tewas, memori yang tersimpan tidak traumatis. Namun, tidak adanya 'jejak emosional' dalam diri seseorang juga akan menyebabkan masalah psikologis bagi orang lain.

"Jika seseorang tak punya rasa takut, akan lebih banyak hal mengerikan yang terjadi padanya. Namun orang tersebut sama sekali tak merasakannya," kata Profesor Damasio kepada jurnalis NPR.

Sebaliknya, jika seseorang memiliki rasa takut besar, terjadinya hal-hal buruk kemungkinan lebih sedikit." Sebab, ia menjadi
lebih berhati-hati. "Namun, hidup lebih menyakitkan bagi Anda yang punya rasa takut yang besar. Jadi mana yang lebih baik bagi Anda, tak punya rasa takut atau punya rasa takut berlebihan?"

Para ilmuwan kini sedang menelaah apakah kasus SM bisa membantu orang lain yang memiliki kenangan traumatis, seperti tentara yang mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) -- stres trauma pasca-perang.

Mencari pengobatan yang bisa meredam aktivitas amigdala dapat membantu orang lain, termasuk para penderita PTSD. Itu yang diyakini para ilmuwan. (Ein/Tnt)

Baca juga: 'Tindihan' dan Lihat Hantu Saat Bangun Tidur? Ini yang Terjadi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.