Sukses

Harga Minyak Dunia Turun Berkah Bagi Indonesia

Founder dari ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto menjelaskan, dari sisi fiskal, kenaikan harga minyak dunia cukup menguntung Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Penurunan harga minyak dunia ini juga menjadi berkah bagi Indonesia. Pasalnya, saat ini sebagian besar atau lebih dari 70 persen bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia adalah hasil impor. Tentu saja, dengan penurunan harga tersebut, pemerintah cukup diuntungkan.

Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas (Migas), Faisal Basri mengungkapkan, dengan penurunan harga minyak dunia tersebut, pemerintah bisa mengambil kesempatan dengan menurunkan subsidi.

“Indonesia diuntungkan dengan penurunan tersebut, seharusnya bisa mengambil kesempatan dengan menurunkan subsidi yang selama ini menjadi beban bagi anggaran,” jelasnya.

Kesempatan yang cukup langka tersebut terjanya juga tidak disia-siakan oleh pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Setelah sempat menaikkan harga BBM RON 88 sebesar Rp 2.000 per liter dari semula Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 untuk menyelamatkan anggaran 2014, Jokowi-JK kemudian menurunkan harga BBM sebanyak dua kali.

Founder dari ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto menjelaskan, dari sisi fiskal, kenaikan harga minyak dunia cukup menguntung Indonesia. Menurutnya, meskipun harga BBM telah diturunkan sebanyak dua kali, negara masih cukup untung.

“Untuk 2015 ini, dengan diterapkan kebijakan pemerintah yang baru dalam harga BBM, pemerintah masih bisa menghemat anggaran kurang lebih Rp 200 triliun,” jelasnya.

Hal tersebut diamini oleh Bank Indonesia (BI). Gubernur BI Agus Martowardodjo menyebut, penurunan harga minyak dunia hingga menembus di bawah US$ 50 per barel membawa keuntungan bagi Indonesia.



BI mengklaim terjadi penghematan fiskal sampai Rp 200 triliun dari kontraksi tersebut.  "Kita masih negara nett importir minyak, jadi dengan penurunan harga ada penghematan Rp 200 triliun," katanya.

Agus menjelaskan, pemerintah harus mampu mengalokasikan atau mengalihkan penghematan tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya dengan membangun infrastruktur supaya bermanfaat bagi perekonomian negara ini.

"Ini yang jadi tantangan pemerintah dalam APBN Perubahan 2015, relokasi penghematan anggaran. Pengelolaan subsidi harus lebih baik digunakan untuk hal produktif, seperti membangun infrastruktur," tegas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harus Genjot Non Migas

Harus Genjot Non Migas

Sementara di sisi lain, sebagai negara yang juga penghasil dan pengekspor minyak mentah, anjloknya harga minyak ini membuat pendapatan negara dari sektor migas menurun. "Kita kan ekspor minyak maka berkurang pendapatan negara," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil.

Sofyan menjelaskan, dengan turunnya harga minyak ini akan diantisipasi oleh pemerintah dan diharapkan akan terjadi kestabilan baru pada neraca transaksi berjalan.

"Antisipasi kita akan kita sesuaikan dengan APBN, itu kan given, mudah-mudahan ada keseimbangan baru," kata dia.

Menurut Sofyan, negara-negara yang dirugikan dari kebijakan ini yaitu negara yang ekspornya bergantung pada minyak bumi, namun bagi negara yang ekspornya banyak bergantung pada sektor non-migas, anjloknya harga minyak ini dinilai tak banyak memberikan pengaruh.

"Bagi negara yang bergantung pada minyak ya mereka yang dirugikan. Sektor yang kita harus tingkatkan ya apa saja, seperti tekstil, foodware, dan sebagainya," tandasnya.

Pri Agung menambahi, penurunan harga minyak dunia tersebut juga berdampak kepada harga komoditas lainnya seperti batu bara. “Harga minyak turun, komoditas lain juga turun, komoditas bahan mentah lain yang jadi andalan ekspor RI juga turun,” jelasnya.



Hal tersebut yang harus diantisipasi oleh pemerintah. Pasalnya, meskipun anggaran bisa dipangkas karena pengeluaran subsidi telah dikecilkan, pendapatan negara dari ekspor komoditas lain juga bakal menurun.

Video: Harga Minyak Turun, Komoditas Tambang RI Terpukul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.