Sukses

3-1-2004: Pesawat Flash Airlines 604 Jatuh ke Laut Merah

Komunikasi terakhir dengan menara pengendali lalu lintas udara (ATC) dilakukan saat pesawat berada di ketinggian 5.300 kaki.

Liputan6.com, Paris - Pagi itu, 3 Januari 2004, 35 orang berdiri di area kedatangan Bandara Internasional Charles de Gaulle, Paris, Prancis. Mereka menanti kedatangan kerabat atau keluarga yang pulang dari liburan ke Mesir.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 08.00 waktu setempat, Flash Airlines Penerbangan 604 yang membawa 148 orang seharusnya mendarat saat itu. Papan pengumuman menginformasikan, pesawat mengalami delay alias penundaan.

Dua jam kemudian, terdengar kabar mengejutkan yang membuat tubuh mereka kebas, air mata bercucuran tanpa kendali: Flash Airlines Boeing 737 jatuh di Laut Merah, diduga akibat masalah mekanik.

"Mereka dalam kondisi shock," kata Michel Clerel, petugas yang menangani konseling korban, seperti dimuat Guardian, Minggu 4 Januari 2004.

"Bayangkan, mereka sedang menanti anggota keluarga yang baru pulang dari liburan, lalu ada pengumuman yang menyebut mereka semua tewas," kata Clerel, yang juga kepala layanan medis Bandara Charles de Gaulle.

Banyak anak-anak dalam penerbangan itu. Beberapa penumpang adalah satu keluarga utuh 'yang pergi ke surga' bersama-sama.

Menteri Penerbangan Sipil Mesir kala itu, Ahmed Shafeeq mengumumkan, korban terdiri dari 133 warga negara (WN) Prancis, 1 WN  Jepang, 1 WN Moroko,  dan 13 kru asal Mesir. "Indikasi awal mengarah pada masalah teknis," kata dia di Bandara Sharm el-Sheik.

Komunikasi terakhir dengan menara pengendali lalu lintas udara (ATC) dilakukan saat pesawat berada di ketinggian 5.300 kaki.

Menurut gambar di layar radar, setekah take off, pesawat berbelok ke kiri. Itu gerakan normal.

Namun 60 detik kemudian, kapal terbang tiba-tiba kembali lurus, lalu berbelok mendadak ke kiri sebelum tercebur ke laut. "Mungkin ada gangguan dengan peralatan transmisi, sehingga pilot tak bisa mengontrol pesawat," Shafeeq, mantan komandan Angkatan Udara Mesir.

Teroris?

Pesawat nahas tersebut dipiloti Khadr Abdullah, penerbang berusia 53 tahun yang punya pengalaman terbang 7.500 jam.

Sesaat sebelum jatuh ke laut, seorang penumpang sempat menelepon keponakannya lewat ponsel. Fatima Hjiaj, nama penumpang itu, menelepon Mohammed Hjiaj yang ada di Paris. "Dia mengatakan, 'ada sesuatu yang terjadi dengan penerbangannya', lalu terdengar teriakan pramugari yang mungkin berdiri di dekatnya, lalu sambungan putus."

Sempat muncul dugaan, aksi teroris sebagai penyebab kecelakaan. Apalagi PM Inggris kala itu Tony Blair, juga sedang liburan di area resor Sharm el-Sheikh. Sekelompok grup di Yaman juga mengaku sebagai dalangnya sebagai aksi balas dendam pada Prancis.

Namun, tim penyelidik penerbangan mengenyampingkan dugaan terorisme saat mereka menemukan badan pesawat relatif menyatu-- indikasi bahwa Boeing 737 itu jatuh ke laut dalam kondisi utuh.

Pesawat yang dibom niscaya akan tercerai berai, dengan pecahan yang menyebar dalam di area luas.

Penyelidikan dilaksanakan tim gabungan Kementerian Penerbangan Mesir, National Transportation Safety Board (NTSB) Amerika Serikat, dan lembaga penerbangan Prancis, Bureau d'Enquêtes et d'Analyses pour la Sécurité de l'Aviation Civile (BEA).

Pada 25 Maret 2006, laporan penyebab kecelakaan dirilis. Tak ada kesimpulan tunggal, hanya ada 4 kemungkinan penyebab.

Salah satunya, NTSB dan BEA menyimpulkan, pilot mengalami disorientasi spasial (spatial disorientation) dan kopilot tak mau melangkahi seniornya itu. Namun, pihak Mesir bersikukuh masalah teknis sebagai penyebabnya. Dua bulan setelah kecelakaan, Flash Airlines bangkrut.

Selain kecelakaan pesawat Flash Airlines 604, sejumlah peristiwa penting terjadi pada tanggal 3 Januari.

Pada 1924, sarkofagus Firaun Tutankhamun ditemukan di dekat Luxor, Mesir. Sementara pada 1994, lebih dari 7 juta orang menerima kewarganegaraan Afrika Selatan -- sesuatu yang tak mungkin mereka dapatkan di bawah kebijakan Apartheid.

Dua tahun kemudian, pada 3 Januari 1996, ponsel flip pertama Motorola StarTAC mulai dipasarkan. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini