Sukses

Kisah 2 Keluarga yang Selamat dari Musibah AirAsia QZ8501

15 orang dari 2 keluarga berbeda tak jadi ikut terbang menggunakan pesawat AirAsia QZ8501. Mungkin kebetulan, keajaiban, atau takdir Ilahi.

Liputan6.com, Jakarta - Dengan alasan berbeda, dua keluarga tak jadi terbang menggunakan pesawat AirAsia QZ8501 yang terbang dari Surabaya Minggu pagi 28 Desember 2014, namun tak pernah mendarat di tempat tujuan di Singapura.

Ada menyebutnya serendipity atau kebetulan yang menyenangkan. Lainnya yakin, ada intervensi Ilahi atau keajaiban. Apapun yang sesungguhnya terjadi, 15 orang --7 di antaranya anak-anak, masih diberi kesempatan hidup.

Salah satu dari mereka adalah Inge Goreti Ferdiningsih. Sembilan bulan sebelum keberangkatan, ia sudah membeli tiket AirAsia ke Singapura. Untuk liburan keluarga.

Inge rencananya akan berangkat bersama suami dan 3 anaknya. Sementara sang ayah yang tak ikut berlibur, akan dijaga adik perempuannya.

Barang-barang bawaan sudah dikemas rapi. Christopher (10), Nadine (7), dan Felix (5) girang bukan main, deg-degan membayangkan naik kapal, main sampai puas di water park, dan melihat atraksi hewan di Sea World.

Sebuah panggilan telepon membuyarkan angan-angan mereka. Dari rumah sakit, adik Inge mengabarkan bahwa ayahnya dirawat di rumah sakit setelah mengeluhkan sakit luar biasa di perutnya. Diagnosis dokter kala itu adalah hepatitis.

Kabar itu mengagetkan Inge. "Aku merasa bahwa aku harus berada di samping ayahku," kata dia, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Rabu (31/12/2014).

Maka, ia memutuskan untuk membatalkan perjalanan di hari Sabtu, sehari sebelum pesawat dijadwalkan mengudara.

Si sulung Christopher tak terima dengan pembatalan itu. Kecewa berat.

Namun, pada akhirnya mereka mensyukuri keputusan tersebut. "Saya merasa ini adalah keajaiban," kata Inge.

Minggu pagi, Inge menerima telepon dari seorang kerabat yang mengabarkan hilangnya AirAsia QZ8501. "Tangis kami semua pecah saat itu," kata dia. Lega bukan kepalang.

Pagi itu, Inge dan keluarganya pergi beribadah ke gereja. Mengucap terimakasih pada Tuhan yang masih mengizinkan mereka hidup. Sekaligus sedih.

Air mata Inge menetes, lega bercampur duka. Ia mengenal nama-nama yang ada dalam daftar manifes. Sejumlah teman dan kerabatnya ada di pesawat itu.

Yang ikut berakhir di Selat Karimata.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ketinggalan Pesawat

Ketinggalan Pesawat

Kisah serupa dialami Christianawati. Bersama keluarganya dan keluarga abangnya, mereka ingin merayakan tahun baru di Singapura.

Persiapan sudah dilakukan. Namun, sang kakak lupa mengecek emailnya. Padahal, ada pengumuman penting dari AirAsia yang menyebut, pesawat akan take off 2 jam lebih cepat dari jadwal.

"Mereka (AirAsia) mengirim email dan menelepon kami pada tanggal 15 dan 16 Desember untuk memberitahukan perubahan jadwal itu, Namun kami tak mengangkatnya," kata Christianawati."Jadi, kami tiba di bandara dan check in pukul 07.30."

Saat itulah, mereka tahu, tiket mereka hangus. "Kami telat. Tentu saja saat itu kami marah-marah," kata dia.

Christianawati dan keluarganya kembali ke 2 mobil yang mengantar mereka. Memendam kecewa berat karena ketinggalan pesawat. Sampai akhirnya terdengarlah kabar buruk itu: AirAsia QZ8501 hilang kontak.

"Mungkin adalah rencana Tuhan, saya dan keluarga tak ikut terbang,: kata Christianawati. "Ini berkah yang tersembunyi." (Ein/Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini