Sukses

BNPB: Januari Puncak Bencana

Di Tanah Air, 90% merupakan bencana hidrometeorologi yakni banjir, longsor, puting beliung, kekeringan, cuaca ekstrem, dan kebakaran hutan.

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki tahun baru 2015, masyarakat Indonesia harus waspada dan bersiap menghadapi bencana. Pasalnya, Januari merupakan puncak kejadian bencana.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya, Minggu (21/20/2014), mengatakan, hal ini sesuai pola kejadian bencana di Indonesia. Di Tanah Air, 90% bencana merupakan bencana hidrometeorologi yang terdiri dari banjir, longsor, puting beliung, kekeringan, cuaca ekstrem, dan kebakaran hutan.

Bencana hidrometeorologi berkorelasi positif dengan pola curah hujan. Sebagian besar wilayah Indonesia mengalami puncak hujan pada Januari. Selama Desember-Maret, hujan akan tinggi sehingga pada bulan ini banyak banjir, longsor dan puting beliung.

Di Indonesia, rata-rata kejadian bencana 1.295 kejadian per tahunnya. Tiga daerah paling banyak dilanda bencana adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur karena penduduknya padat di daerah ini.
 
Bencana hidrometeorologi tidak terjadi tiba-tiba tetapi akumulasi dan interaksi dari berbagai faktor, seperti sosial, ekonomi, degradasi lingkungan, urbanisasi, kemiskinan, tata ruang, dan lainnya. Misal, banjir yang saat ini menggenangi daerah Dayeuhkolot, Baleendah, dan lainnya di Bandung Selatan.

Banjir serupa pernah terjadi sejak 1931 karena wilayah tersebut adalah Cekungan Bandung yang seperti mangkok di DAS Citarum. Banjir seperti ini juga pernah terjadi pada 19 Februari 2014 di tempat tersebut. Hal yang sama juga terjadi di banjir Bojonegoro, Tuban, Gresik, Cilacap, dan daerah lainnya yang mengalami banjir saat ini.
 
"Bertambahnya penduduk yang akhirnya tinggal di daerah rawan bencana adalah konsekuensi dari lemahnya implementasi tata ruang dan penegakan hukum," kata Sutopo. Dia menambahkan, "kawasan industri dibangun pada daerah-daerah rawan bencana. Masyarakat dibiarkan tinggal di daerah rawan banjir dan longsor tanpa ada proteksi yang memadai."

Menurut Sutopo, banjir dan longsor sebenarnya dapat dikurangi risikonya. Sebab, sudah diketahui kapan, dimana, dan apa yang harus dilakukan. "Kunci utama itu semua adalah mitigasi struktural dan nonstructural komprehensif, penataan ruang, dan penegakan hukum." (Sun)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.