Sukses

11-12-1994: Horor Bom Teroris di Philippine Airlines 434

4 Jam kemudian bom meledak di bawah kursi 26K yang ditempati Ikegami. Ia tewas. 10 Penumpang di kursi yang berdekatan luka-luka.

Liputan6.com, Manila - Horor menyelimuti Philippine Airlines Flight 434 pada 11 Desember 1994. Sebab tiba-tiba bom meledak di pesawat yang dalam perjalanan dari Manila Filipina menuju Tokyo Jepang.

Kisah mendebarkan itu berawal saat Philippine Airlines Penerbangan 434 (PAL434, PR434) terbang dari Bandara Ninoy Aquino International, Pasay City di Filipina ke New Airport Tokyo International (sekarang Bandar Udara Internasional Narita) di Narita, Jepang. Yang transit di Mactan-Cebu International Airport, Cebu, Filipina.

Seorang penumpang pesawat, teroris Ramzi Yousef -- yang juga terlibat atas pemboman World Trade Center tahun 1993 -- tak disangka berhasil naik penerbangan itu dengan nama Italia palsu 'Armaldo Forlani'. Merupakan ejaan salah nama legislator Italia Arnaldo Forlani.

Di dalam Boeing 747-283B dengan nomor ekor EI-BWF yang terbang dari Manila ke Cebu, Yousef pergi ke toilet dengan membawa tas kecil berisi toiletries. Lalu ia merakit bom, yang baterai, kabel, dan pemicunya tersembunyi di tumit sepatu -- di mana detektor logam yang digunakan pada saat itu bisa tidak mendeteksi. Jam tangannya pun digunakan sebagai timer.

Sebelum keluar toilet, Yousef mengatur waktu agar bom meledak empat jam kemudian. Kira-kira saat pesawat sudah berada jauh di atas laut dalam perjalanan ke Tokyo.

Setelah selesai, ia menempatkan bom yang sudah jadi ke dalam tas kecil yang dibawanya dan kembali ke tempat duduk. Kemudian meminta izin kepada seorang pramugari untuk pindah ke kursi 26K, untuk melihat pemandangan.

Di kursi tersebut, ia menyelipkan bom rakitan ke dalam life jacket yang berada di bawah kursi. Lalu turun saat transit di Cebu.

Pramugari domestik Maria dela Cruz yang memperhatikan Yousef pindah dalam penerbangan dari Manila ke Cebu, tak menyampaikan informasi kepada awak penerbangan internasional yang naik untuk perjalanan ke Tokyo. Bahwa ada penumpang yang berpindah tempat duduk. Ia pun turun dengan kru domestik lain dan 25 penumpang.

Setelah delay 38 menit di Cebu, penerbangan dengan total 273 penumpang lepas landas menuju Tokyo.

Kursi 26K -- yang di bawahnya terdapat bom rakitan Yousef -- ditempati oleh Haruki Ikegami, pembuat mesin jahit industri Jepang yang kembali dari perjalanan bisnis dari Cebu.

Empat jam kemudian bom meledak di bawah Ikegami. 10 Penumpang di kursi yang berdekatan -- di depan dan di belakang kursi 26K -- luka-luka terkena pecahan badan pesawat.

Ledakan itu membuat lubang di lantai, dan merusak beberapa kabel termasuk yang mengendalikan sistem kemudi pesawat. Tapi tak terjadi ledakan besar, karena tak mengenai tangki bensin utama.

Bak suatu keajaiban, pesawat yang sebelumnya dioperasikan oleh Scandinavian Airlines sebagai SE-DFZ "Knut Viking", memiliki konfigurasi tempat duduk berbeda. Tangki bahan bakar yang biasanya ada di dekat kursi 26K, justru ada dua baris depannya.

Diduga Yousef salah perkiraan, karena tak meneliti jenis pesawat yang menjadi sasarannya.

Kepala pramugari kelas ekonomi, Fernando Bayot, kemudian memindahkan penumpang terluka bernama Yukihiko Osui yang terkena ledakan bom. Lalu hendak menolong Ikegami, namun ia menyadari bahwa bagian tubuh bawahnya sudah tak ada -- hancur karena ledakan.

Ikegami meninggal beberapa menit kemudian. Namun Bayot meminta pramugari lain berpura-pura untuk menolongnya dengan memberikan selimut dan masker oksigen. hal itu dilakukan agar penumpang lain tak panik.

Detik-detik mendebarkan

Tak lama setelah ledakan, pesawat berbelok tajam ke kanan tetapi autopilot kemudian berfungsi. Kapten Reyes meminta teknisi bernama Comendador untuk mengecek kerusakan, sementara ia meminta bantuan darurat untuk mendarat di Bandara Naha, Okinawa Island, Okinawa Prefecture.

Pengendali lalu lintas udara Jepang mengalami kesulitan untuk mencoba memahami permintaan Reyes, jadi pengawas lalu lintas udara Amerika dari pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa mengambil alih dan mengarahkan pendaratannya.

Reyes menginstruksikan Herrera untuk memegang kontrol sendiri. Autopilot kemudian tak berfungsi saat melewati Okinawa. 

Meski sulit, para kru berjuang setengah mati. Awalnya mengendalikan pesawat dengan sayap kecil yang masih berfungsi, namun tak berarti banyak. Akhirnya menggunakan sistem throttle, sehingga kecepatan pesawat turun dan menghemat bahan bakar.

Kapten Eduardo "Ed" Reyes, seorang pilot veteran berpengalaman, kemudian mendaratkan Boeing 747- 283B di Bandara Naha pukul 12.45, satu jam setelah bom meledak. Setelah melewati detik mendebarkan itu, 272 penumpang dan 20 awak selamat.

Dari hasil pelacakan polisi Manila pada baterai jam tangan Yousef yang digunakan sebagai timer bom rakitan, Yousef ditahan sebulan kemudian di Pakistan.

Jaksa AS mengatakan, perangkat bom rakitan yang digunakan teroris itu adalah "Mark II" "microbomb". Peledak yang komponennya dirancang untuk lolos pemeriksaan keamanan bandara.

Pada tanggal yang sama tahun 1998, Today in History mencatatkan penerbangan Thailand Flight 261 jatuh dekat Surat Thani Airport. 101 Orang tewas. Pilot yang menerbangkan Airbus A310-300 diduga mengalami disorientasi jarak. (Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.