Sukses

27 Orang Meregang Nyawa Karena Topan Hagupit

Terjangan Topan Hagupit di Filipina memang tak sedahsyat Haiyan yang terjadi 7 November 2013.

Liputan6.com, Legazpi - Terjangan Topan Hagupit di Filipina memang tak sedahsyat Haiyan yang terjadi 7 November 2013. Namun badai tersebut masih menelan korban jiwa.

Hingga Selasa (9/12/2014) ini, seperti dikutip dari CNN, korbannya dilaporkan mencapai lebih dari 20 orang. "Setidaknya 27 orang tewas akibat Topan Hagupit," ucap Ketua Palang Merah Filipina Richard Gordon.

Kekuatan Topan Hagupit juga dilaporkan melemah sejak Senin 8 Desember, setiap melewati satu pulau ke pulau lain setelah melintas kawasan dekat ibukota padat penduduk, Manila. Hagupit memiliki dampak yang kuat di beberapa pulau Filipina utama, membuat ratusan ribu orang mengungsi dari rumah. Menghancurkan pohon dan menyebabkan banjir serta memicu tanah longsor.

"Hampir 1.000 rumah dilaporkan rusak," kata sekretaris jenderal Palang Merah Filipina Gwendolyn Pang.

Meski tak memakan terlalu banyak korban tewas seperti Haiyan, fenomena alam itu tetap membuat khawatir warga setempat.

"Aku khawatir. Aku memikirkan anak-anak dan cucuku. Mereka masih begitu muda, itu sebabnya kami ada di sini," kata seorang nenek yang berlindung di pusat evakuasi di Kota Legazpi, Pilar Rangosajo.

"Ini sangat sulit bagiku, karena setiap topan membuat kerusakan pada rumah kami. Kami tidak punya uang untuk memperbaikinya," tambah Rangosajo.

Kekhawatiran Nenek Rangosajo hal lumrah, sebab banyak orang tinggal di rumah-rumah yang terbuat dari kayu ringan.

Tim mencoba untuk menjangkau daerah-daerah terpencil

Ketika Hagupit -- yang dikenal secara lokal sebagai Ruby -- belum berakhir karena masih bergerak menuju kawasan lain di Filipina, pejabat mulai melakukan pendataan kerusakan di daerah yang telah dilintasi. Tim tanggap darurat juga berusaha untuk mencapai beberapa daerah terpencil, yang sedikit terkena imbas badai.

Para pejabat memuji keberhasilan upaya untuk merelokasi sejumlah besar orang dari wilayah pesisir yang rentan terkena imbas paling parah akibat Topan Hagupit. Berbekal pengalaman kehancuran tahun lalu yang muncul akibat Haiyan.

"Orang-orang tidak perlu diminta lagi untuk evakuasi. Mereka tahu bahwa akan menghadapi Haiyan lain, dan Haiyan membunuh banyak orang," kata Gordon.

Menurut Badan Kemanusiaan PBB OCHA Filipina, di Tacloban -- kota yang paling parah diterjang Haiyan -- sekitar setengah dari 200.000 penduduk dievakuasi ke daerah yang lebih aman menjelang Hagupit.

Terus Bergerak

Topan Hagupit dilaporkan masih terus bergerak ke selatan Manila hingga Provinsi Batangas. Kekhawatiran banjir pun mengintai Manila, rumah bagi hampir 12 juta orang. Karena geografi daerah tersebut memang rentan terhadap banjir bandang.

Pekerja kemanusiaan juga menghadapi tantangan, dengan meningkatnya jumlah pengungsi.

"Masalah kesehatan adalah salah satu masalah, ketika Anda memiliki 900.000 orang berdesakan dalam pusat-pusat penyelamatan," kata Ketua Palang Merah Filipina Richard Gordon.

Meningkatkan kekhawatiran tentang sanitasi dan penyakit pernafasan pada khususnya, lanjut Gordon.

Noel Rosal, Walikota Legazpi, mengatakan selama hampir 20 jam akan diguyur hujan dan angin kencang.

Badai tropis itu menerjang Filipina timur Sabtu 6 Desember waktu setempat. Membawa angin kencang dan hujan lebat ke sekitar daerah yang sama, yang pernah dilanda oleh Topan Super Haiyan pada bulan November tahun lalu.

Tapi sementara Haiyan menewaskan lebih dari 7.000 orang tewas atau hilang, tol Hagupit sejauh masih dalam dua digit. (Tnt/Mut)
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.