Sukses

Korban Tewas Bom dan Serangan di Masjid Nigeria Jadi 120

Masjid tersebut melekat dengan istana Emir Kano Muhammad Sanusi II, ulama muslim kedua paling senior di Nigeria yang menentang Boko Haram.

Liputan6.com, Kano, Nigeria - Sedikitnya 120 orang tewas dan 270 lainnya luka-luka ketika dua bom bunuh diri meledak disusul sekelompok orang bersenjata melepaskan tembakan saat salat Jumat di masjid salah satu pemimpin Islam terkemuka Nigeria.

"Serangan di Masjid Agung di Kano, kota terbesar di wilayah utara negara yang sebagian besar Muslim itu, terjadi saat salat Jumat dimulai," ucap juru bicara Kepolisian Nigeria Emmanuel Ojukwu seperti dikutip dari AFP, Sabtu (29/11/2014).

Masjid tersebut melekat dengan istana Emir Kano Muhammad Sanusi II, ulama muslim kedua paling senior di Nigeria, yang pekan lalu mendesak warga sipil mengangkat senjata melawan Boko Haram.

Ledakan terjadi setelah serangan bom digagalkan terhadap satu masjid di kota timur laut Maiduguri pada Jumat 28 November 2014 pagi, 5 hari setelah 2 wanita bomber atau pengebom bunuh diri menewaskan lebih dari 45 orang di kota itu.

"Pengebom meledakkan diri secara berurutan, kemudian pria bersenjata menembaki orang-orang yang mencoba melarikan diri," kata Ojukwu.

Ojukwu mengatakan pula, ia tidak tahu apakah pelaku bom bunuh diri itu laki-laki atau perempuan, setelah serangkaian serangan oleh perempuan dalam beberapa bulan terakhir, dan tidak memberikan angka pasti tentang jumlah orang-orang bersenjata itu.

Namun dia mengatakan massa yang marah menewaskan 4 dari penembak di saat kekacauan setelahnya. Para saksi di kota mengatakan mereka dibakar.

Tokoh Berpengaruh

Seorang wartawan AFP di kamar mayat Rumah Sakit Spesialis Murtala Mohammed menghitung 92 mayat, kebanyakan dari mereka laki-laki dan anak laki-laki dengan luka ledakan dan luka bakar yang parah.

Saat malam tiba, ratusan orang mati-matian berusaha untuk menggunakan lampu pada ponsel mereka untuk mengidentifikasi orang-orang terkasih yang telah meninggal itu.

Namun seorang pejabat senior mengatakan bahwa ada setidaknya 120 tewas dan 270 luka-luka. "Pekerja darurat masih mencoba untuk mengunjungi semua rumah sakit," imbuh dia.

Emir Kano pekan lalu mengatakan kepada jemaah di masjid yang sama bahwa orang-orang dari utara harus mengangkat senjata melawan Boko Haram, yang telah berjuang untuk mendirikan sebuah negara Islam garis keras sejak 2009.

Dia juga meragukan kemampuan pasukan Nigeria untuk melindungi warga sipil dan menghabisi pemberontakan, dalam komentar publik yang jarang terjadi oleh ulama mengenai urusan politik dan militer.

Emir, yang saat ini diperkirakan berada di luar negeri, adalah tokoh yang sangat berpengaruh di Nigeria. Negara bagi lebih dari 80 juta muslim, yang sebagian besar tinggal di utara.

Secara resmi Emir Kano adalah ulama nomor 2 di negara itu, di belakang Sultan Sokoto, dan setiap serangan kepadanya bisa mengobarkan ketegangan di kota kedua Nigeria, yang merupakan ibukota kuno pembelajaran Islam.

Sanusi ditunjuk sebagai emir awal tahun ini dan merupakan tokoh terkemuka dalam bukunya dirinya sendiri, setelah sebelumnya menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Nigeria (CBN).

Selama bertanggung jawab atas CBN, ia berbicara menentang besarnya penipuan di pemerintahan dan diskors dari jabatannya pada Februari saat masa jabatannya di kantor itu hampir berakhir.

Serangan Sebelumnya

Boko Haram telah berulang kali menyerang Kano. Pada 14 November, sebuah bom bunuh diri menyerang satu pom bensin menewaskan enam orang, termasuk 3 polisi.

Kelompok ini memiliki catatan menyerang ulama terkemuka. Pada Juli 2012 seorang pengebom bunuh diri menewaskan 5 orang saat meninggalkan salat Jumat di kediaman Shehu, Borno di Maiduguri. Shehu adalah pemimpin Islam nomor tiga di Nigeria.

Boko Haram mengancam pendahulunya Sanusi dan Sultan Sokoto untuk diduga mengkhianati iman dengan mengirimkan ke otoritas sekuler pemerintah di Abuja.

Pada awal 2013, konvoi pendahulunya Sanusi juga diserang. Andrew Noakes, koordinator pengulas Jaringan Keamanan Nigeria mengatakan, serangan itu sesuai dengan pola kekerasan yang menargetkan agama dan pemimpin tradisional yang dipandang sebagai 'sekutu' negara. (Ant/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini