Sukses

Kemenag Galakkan Madrasah Jadi Sarana Pembentukan Revolusi Mental

Prof. Dr. Phil. H.M. Nur Kholis Setiawan mengatakan bahwa tantangan terbesar pengembangan madrasah adalah merubah persepsi masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Agama di bawah komando Lukman Hakim Syaefuddin, menegaskan bahwa madrasah akan digalakkan sebagai salah satu sarana pendidikan untuk revolusi mental sejak dini seperti tekad yang selalu diutarakan oleh Presiden RI Joko Widodo.

Kepada wartawan saat ditemui Kamis (27/11), Direktur Direktorat Pendidikan Madrasah kementerian Agama Prof. Dr. Phil. H.M. Nur Kholis Setiawan mengatakan bahwa tantangan terbesar pengembangan madrasah adalah merubah persepsi masyarakat tentang madrasah.

“ Di sebagian kalangan masyarakat masih beranggapanbahwa madrasah bukanlah pilihan utama bagi pendidikananak-anaknya. Madrasah masih dipandang sebagai sekolah alternatif jika anaknya tidak diterima di sekolah negeri atausekolah swasta”. Ucap Nur Kholis Setiawan.

Disinggung mengenai strateginya selaku Direktur Direktorat Pendidikan Madrasah, Pria kelahiran kebumen inimenyatakan bahwa kita tidak bisa memaksa masyarakat untuk mengirimkan atau memasukan anak-anaknya ke madrasah. Yang bisa kita lakukan adalah menunjukan kepada masyarakat bahwa madrasah lebih unggul.

“Meskipun secara fakta bahwa saat ini madrasah sudah lebih baik namun bagaimana merubah persepsi masyarakat agar tidak memandang madrasah hanya sebagai lembaga keagamaan tapi juga menjadi sebuah pilihan untuk pendidikan anak-anaknya. Itulah yang menjadi tugas dan tanggungjawab direktrorat pendidikan madrasah.” Kata NurKholis Setiawan.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 madrasah disebutkan bahwa madrasah adalah sekolah yang memiliki ciri khas. Ciri khas itu antara lain adalah adanya lima mata pelajaran yang tidak diajarkan di sekolah umum. Lima mata pelajaran itu antara lain; Alqur’an hadist, Fiqih, Aqidah akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

Lebih lanjut di Undang-Undang tersebut juga disebutkan bahwa tingkatan Madrasah antara lain Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat dengan Sekolah Dasar (SD) atau bentuk lain yang sederajat. Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK).

“Dengan ciri khas yang dimilikinya madrasah akan mampu melahirkan anak didik yang tidak hanya pinter tetapi juga bener, Indonesia itu banyak sekali orang pinternya tapi ya orang pinter itu juga yang banyak buat kerusakan. dan yang saya dorong melalui berbagai program yang sudah disiapkan baik itu pembinaan maupun bantuan adalah menjadikan ciri khas yang dimiliki oleh madrasah itu tidak hanya sebagai ciri khas semata, tetapi harus mampu menjadi ruh untuk proses internalisasi lembaga pendidikan yang berkarakter”. Lanjut Nur Kholis.

Dengan menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang berkarakter maka secara otomatis kualitas yang dihasilkan tentu adalah anak didik yang juga berkarakter.Jika pemerintahan jokowi ini terkenal dengan jargonnya yaitu revolusi mental ternyata madrasah merupakan sarana pembentukan revolusi mental itu sendiri dengan pembentukan karakter anak didiknya.

"Kalau kurikulum tahun 2013 mencita-citakan untuk menciptakan bangsa yang berkarakter. Madrasah sudah dari dulu melakukan itu," tutup Nur Kholis.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.