Sukses

PBB: Hampir 1.000 Orang Tewas dalam 8 Minggu di Ukraina

Konflik di Ukraina Timur terjadi sejak April ketika pemerintah Kiev meluncurkan operasi menguasai kembali daerah yang direnggut pemberontak.

Liputan6.com, Kiev - Konflik di Ukraina Timur belum usai. Jumlah korban jiwa akibat pertempuran antara militer Ukraina dan pasukan pemberontak pro-Rusia terus bertambah.

Seperti dimuat BBC, Jumat (21/11/2014), PBB melaporkan jumlah korban tewas akibat konflik di Ukraina Timur dalam 8 pekan sejak gencatan senjata gagal mencapai 957 orang. Sekitar 13 orang tewas setiap hari di kawasan tersebut.

Menurut PBB, jumlah korban jiwa secara keseluruhan sejak konflik meletus pada April adalah 4.317 orang. Sebanyak 9.921 lainnya terluka.

Selain itu, ratusan ribu warga mengungsi. Sebanyak 466.829 orang mengungsi ke wilayah lain di Ukraina dan 454.339 lainnya ke luar negeri, termasuk 387.355 orang di Rusia.

Disebutkan PBB bahwa hukum dan aturan pemerintah Ukraina di Donetsk dan Luhansk yang dikuasai pemberontak lumpuh.

Konflik di Ukraina Timur terjadi sejak April 2014 lalu ketika pemerintah Kiev meluncurkan operasi menguasai kembali daerah yang direnggut pemberontak pendukung Rusia.

Kelompok separatis menguasai gedung pemerintah, setelah Rusia bereaksi terhadap langkah yang sama oleh pemberontak di Crimea dengan menganeksasi semenanjung.

Sebagai bagian dari gencatan senjata yang ditandatangani di ibu kota Belarusia, Minsk, pengawas dari badan keamanan Eropa (OSCE) dijadwalkan melakukan monitor terhadap wilayah timur dan perbatasan dengan Rusia. Para pengawas kewalahan karena mereka ditembaki tentara berseragam yang beroperasi di dekat daerah pemerintah.

Perdana Menteri Ukraina Arseny Yatseniuk menuding Rusia sebagai pihak yang memprovokasi konflik hingga berakibat perang berskala besar. "Rusia adalah ancaman bagi semua orang dan perdamaian dunia," ujar dia.

Rusia sebelumnya telah berkali-kali membantah sebagai pemicu konflik. Termasuk menepis tudingan yang menyebut Moskow bertanggung jawab atas penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17.

Presiden Rusia Vladimir Putin berharap apa yang terjadi di Ukraina bisa menjadi pelajaran bagi negara lain, termasuk negaranya. "Ini merupakan sebuah peringatan bagi kita semua," ujar Putin. (Riz/Nan)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini