Sukses

Tinggalkan Myanmar, Jokowi Bertolak ke Australia

Presiden Jokowi meninggalkan Nay Pyi Taw, Myanmar, guna melanjutkan lawatannya ke Brisbane, Australia, untuk menghadiri KTT G-20.

Liputan6.com, Nay Pyi Taw - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo pada Kamis pukul 23.00 waktu setempat meninggalkan Nay Pyi Taw, Myanmar, guna melanjutkan lawatannya ke Brisbane, Australia, untuk menghadiri KTT G-20.

Dalam perjalanan menuju Brisbane, Australia, Jokowi dan rombongan transit di Bandara Ngurah Rai, Bali pukul 05.30 Wita. Presiden dan rombongan dijadwalkan akan berangkat kembali pukul 07.00 WIB, dan akan tiba di Brisbane pukul 14.50 waktu setempat.

Sementara itu dalam keterangannya kepada wartawa di Nay Pyi Taw, Myanmar, Kamis malam, Jokowi mengemukakan, dalam pertemuannya dengan sejumlah pemimpin negara sahabat di Beijing dan Nay Pyi Taw, ia banyak menerima tawaran kerja sama bidang maritim. Tawaran tersebut dinilai Presiden sebagai sangat potensial, dan harus didorong agar lebih konkret.

"Memang yang menarik negara-negara yang lain yang berkaitan dengan Indonesia adalah poros maritim dan mereka ingin untuk bisa ikut bersama-sama, ada yang ingin menghubungkan misalnya kayak jalur Sutera Lautnya abad 21 dari Tiongkok ingin disinggungkan atau dihubungkan, memang kita teknisnya belum sampai ke sana," kata Jokowi seperti dikutip dari laman setkab.go.id, Jumat (14/11/2014).

Selain China, menurut Jokowi, negara lain yang tertarik untuk menjalin kemitraan dengan Indonesia di bidang maritim adalah Korea Selatan dan India.

"Kayak India sendiri ingin mengajak kerja sama di bidang pertahanan maritim ini saya kira, kalau Korea (Selatan) saya kira sudah. Dari Tiongkok juga ingin masuk ke industri maritim kita. Saya kira mereka memandang karena wilayah kita besar, dua pertiga dari wilayah Indonesia laut, samudera, saya kira itu menarik minat mereka untuk masuk," papar Jokowi.

Kerja sama di bidang kelautan, kata Jokowi, sangat luas bisa di bidang perikanan, gas alam, minyak mentah dan komoditas lainnya. Namun Jokowi menegaskan apa pun bentuk kerja sama yang dijalin harus sebesar-besarnya menguntungkan Indonesia.

"Tapi kita harus punya kalkulasi, perhitungan yang untung siapa, sekarang harus berhitung seperti itu, mereka berapa persen kita berapa persen. Jangan sampai semua yang dapat sana. Kelihatannya 'rame banget', tapi kita nggak dapat apa-apa ya untuk apa," tegas Jokowi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini