Sukses

BNPB: 99% Penyebab Kebakaran Hutan di Kalteng & Sumsel Disengaja

Data BNPB, hotspot di Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan meningkat lagi.

Liputan6.com, Jakarta - Tatkala sebagian wilayah di Aceh dan Sumatera Barat dilanda banjir dan di Karo, Sumatera Utara disandera erupsi Gunung Sinabung, di wilayah lain asap akibat kebakaran hutan dan lahan masih merebak. Yakni di Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Sumatera Selatan (Sumsel).

Hotspot di Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan meningkat lagi. Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua pada Minggu 2 November pukul 05.00 WIB, hotspot di Kalteng 1.225, Sumsel 344, Kalimantan Barat 203, Kalimantan Timur 32, dan Lampung 20.

"99% Penyebab kebakaran hutan dan lahan adalah disengaja. Bahkan di hutan pun juga dibakar, seperti di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Sumsel ada 11 hotspot, dan Taman Nasional Tanjung Putting Kalteng 1 hotspot. Modusnya adalah alasan ekonomi karena pembakaran lebih murah," ungkap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Minggu (2/11/2014).
 
Dari 344 hotspot di Sumsel, kata Sutopo, terkonsentrasi masih di Ogan Komering Ilir (OKI) 320. Artinya, 93% hotspot berada di OKI. Sudah sejak 2 bulan, OKI adalah sumber kebakaran di Sumsel yang menyuplai asap ke Palembang hingga ke Jambi dan Riau.

"Di Palembang, jarak pandang 400 meter pada pukul 06.00 WIB dan 800 meter pada pukul 08.00 WIB," ujar Sutopo.

Sementara di Kalteng, lanjut Sutopo, dari 1.225 hotspot tersebar di Kotawaringin Timur 276, Seruyan 273, Pulang Pisau 232, Kotawaringin Barat 125, Katingan 123, dan daerah lainnya.
 
Sutopo menjelaskan, upaya pemadaman dilakukan terus-menerus. BNPB memperkuat Pemda dengan mengerahkan helikopter, pesawat dan modifikasi cuaca. "Di Sumsel ada 4 pesawat dan heli untuk pemboman air yaitu Bolco, MI-8, Kamov, Sikorsky dan Air Tractor," jelas dia.

"Pesawat Casa 212 digunakan untuk modifikasi cuaca. Total 10.032 penerbangan sudah dilakukan untuk menjatuhkan air 24,4 juta liter guna memadamkan api. Modifikasi cuaca sudah menebarkan 67 ton garam ke awan," papar Sutopo.
 
Hal serupa, imbuh Sutopo, juga dilakukan di Kalteng, Riau, dan Kalbar. Namun pembakaran di darat masih terus dilakukan. Upaya penegakkan hukum harus lebih ditingkatkan untuk memberikan efek jera.

"Gubernur, bupati dan walikota sebagai penanggung jawab utama penyelenggaran penanggulangan bencana di daerahnya, harus dapat melakukan pencegahan," tandas Sutopo. (Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.