Sukses

Hari Sumpah Pemuda, Momentum Kembalikan Karakter Bangsa

Peringatan Hari Sumpah Pemuda disarankan turut diikuti presiden Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta: Momentum Peringatan Sumpah Pemuda ke-86 pada 28 Oktober 2014 seharusnya menjadi ajang untuk mengembalikan karakter anak bangsa yang mulai hilang. Saat ini, sebagian anak bangsa seolah-olah telah kehilangan karakter.

Berbagai perilaku amoral, tindakan anarkis dan perilaku koruptif menjadi tontonan menarik diberbagai media. Bangsa ini seolah-olah kehilangan tuntunan.
 
“Hadirnya pemerintah yang baru bersama Presiden Joko Widodo dengan membawa konsep “Revolusi Mental”, seharusnya menjadi tonggak untuk mengembalikan jati diri bangsa yang mulai rapuh karena berbagai perilaku amoral,” ujar Ketua Umum Forum Pemuda Pelopor Nasional, Rita Widyasari.
 
Menurutnya, Sumpah Pemuda bukan hanya diperingati sebagai kegiatan seremonial rutin tahunan, namun seharusnya menjadi ajang mengevaluasi dan membangkitkan semangat pemuda untuk berinovasi, berkreasi dalam memajukan bangsa.
 
Agar Peringatan Sumpah Pemuda senantiasa menjadi tauladan pagi insan muda, Forum Pemuda Pelopor Nasional mengusulkan agar pada tahun-tahun mendatang puncak peringatan kegiatan ini bisa dihadiri Presiden RI, Joko Widodo. Seperti layaknya negeri ini memperingati Hari Proklamasi.

“Usulan ini cukuplah beralasan, karena kebangkitan bangsa ini diawali dengan bangkitnya pemuda dalam menjaga persatuan dan kesatuan ditengah keberagaman,” kata perempuan yang juga menjabat Bupati Kutai Kertanegara seperti rilis yang diterima wartawan.
 
Bagi Rita, untuk menumbuhkan karakter, sudah seharusnya bangsa ini sadar dan kembali meningkatkan pentingnya mengajarkan sejarah bangsa bagi para pelajar. Sebab, sejarah dan kebudayaan bangsa itu sangat penting. Dia memberikan contoh negara-negara maju seperti Jepang dan Korea yang sangat menjunjung tinggi budaya dan sejarah bangsanya. “Karena sesuatu bangsa tidak terlepas dari akar budaya bangsanya,” tegasnya.
 
Maraknya kejahatan pada anak seperti kekerasan dan pelecehan seksual yang menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2010 hingga 2014 semester pertama total kenaikan kekerasan pada anak mencapai 40 persen, dimana kekerasan seksual pada anak mencapai 26 persen membuat prihatin Rita Widyasari. (bersambung ke page 2: Indonesia Mendongeng)
 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

indonesia mendongeng

Sebagai komitmen mengembalikan karakter anak bangsa, Forum Pemuda Pelopor Nasional kini tengah menginisiasi dan mengkampanyekan Gerakan Nasional Indonesia Mendongeng. Dongeng merupakan sarana untuk menanamkan budi pekerti dan pendidikan karakter.
 
“Kita ingin semua pihak mendukung Gerakan Nasional Indonesia Mendongeng ini. Mulai dari pejabat di daerah hingga di pusat. Upaya ini juga sebagai cara memperbaiki karakter anak bangsa,” ungkap perempuan yang meraih gelar doctor atau S3 dari Universitas Utara Malaysia pada September lalu.
 
Ia berharap gerakan nasional mendongeng bisa mengantarkan perubahan karakter bangsa menjadi lebih baik. Saat ini tradisi mendongeng telah banyak ditinggalkan para orang tua akibat terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Akibatnya, anak-anak menjadi lebih dekat dengan televisi, gadget, atau permainan online di internet. Hal itu semakin menjauhkan anak-anak dari masyarakat.

Pada Peringatan Sumpah Pemuda ke-86 ini, Rita juga mengucapkan selamat kepada sejumlah pemuda yang meraih penghargaan Pemuda Pelopor dari pemerintah yang diserahkan secara langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga di Prambanan, Yogjakarta dengan berbagai inovasi dan kreasinya yang telah mereka ciptakan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini