Sukses

Kapasitas Antioksidan Meningkat pada Makanan Iradiasi

Keunggulan proses pengawetan dengan cara iradiasi misalnya terlihat pada produk rendang.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memiliki cita-cita agar negeri ini mampu memaksimalkan penggunaan tenaga nuklir untuk maksud damai. Bentuknya tidak hanya di bidang energi, namun juga di bidang pangan, kesehatan, industri, transportasi, dan sumber daya alam lainnya.

Sebagian cita-cita tersebut sudah berhasil dilaksanakan. Sebagai contoh keberhasilan Batan antara lain di bidang pangan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan penemuan beberapa varietas baru padi, kedelai, sorgun, dan gandum. Aplikasi tehnik nuklir lainnya dalam bidang pangan adalah untuk tujuan pengawetan.

“Hal ini untuk menjawab permasalahan pada bahan pangan yang mengalami tingkat kerusakan sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh cuaca, serangan serangga, sampai kerusakan oleh mikroba,” kata Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto, baru-baru ini.

Pada dasarnya teknik pengawetan konvensional sudah ada sebelumnya, misalnya, dengan cara pengeringan, penggaraman, pemanasan, pembekuan, pengasapan dan fumigasi. Teknik nuklir dengan cara iradiasi hadir sebagai teknologi alternatif yang dapat dipertimbangkan dengan segala macam kelebihannya yaitu hemat energi dan bahan, prosesnya mudah dikontrol, dapat diaplikasikan pada kemasan yang tidak tahan panas, dan bersifat ramah lingkungan.

Keunggulan berikutnya adalah tidak adanya residu radioaktif karena besaran sumber radiasi sangat dibatasi sesuai dengan aturan dan standar pangan dunia tentang iradiasi pangan, seperti CODEX ALIMENTARIUS COMMISSION, ISO 14470 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 701/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Pangan Iradiasi.

Pengawetan Pangan di Batan

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pengawetan Pangan di Batan

Teknologi pengawetan pangan di Batan mulai dilakukan sejak 1968 berupa pengawetan bebijian setelah Batan memiliki irradiator pertama untuk penelitian. Kemudian sejak tahun 1986 merambah kepengawetan produk kering seperti rempah-rempah, bubuk cocoa, kacang ijo, cabai bubuk, dan lain sebagainya.

Selanjutnya dikembangkan pula pengawetan produk beku mentah seperti udang hingga produk beku semiolahan seperti daging kepiting dan lainnya. Proses iradiasi tersebut dapat menurunkan ikatan komponen alergi pada makanan. Misalnya iradiasi pada tuna segar yang membuat konsumennya tidak akan merasa gatal lagi.

Teknologi radiasi bertujuan untuk menghilangkan mikroba/bakteri Salmonella, menghambat pertunasan, dan mengawetkan buah segar agar tidak cepat busuk. Batan juga mengiradiasi bumbu rempah supaya tidak dirusak mikroba selama penyimpanan. Di samping tujuan tersebut, iradiasi pada rempah ternyata dapat ditingkatkan bahan aktifnya. Misalnya zat kurmin dalam kunyit dapat ditingkatkan.

Keunggulan Proses Pengawetan Dengan Iradiasi...

3 dari 4 halaman

Keunggulan Proses Pengawetan Dengan Iradiasi

Keunggulan proses pengawetan dengan cara iradiasi misalnya terlihat pada produk rendang. Setelah diradiasi, rendang bisa awet hingga 1,5 tahun tanpa pendingin dan menjaga rasa tetap enak dan bermutu tinggi, sehingga tak heran jika pangan olahan steril iradiasi seperti rendang sapi telah ditetapkan menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI) pada 2012 dengan nomor 7764-1: 2012.

BATAN juga mengiradiasi pangan olahan seperti bandeng, tahu, dan makanan lainnya. Prof. Dr. Ir. Zubaidah Irawati, peneliti utama di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) - BATAN, mengatakan bahwa guna memenuhi kebutuhan dasar manusia, teknologi iradiasi di bidang pangan dapat mendukung program ketersediaan pangan yang aman, bergizi, dan tidak mengalami perubahan cita rasa saat dikonsumsi, dan hal ini merupakan kebutuhan dasar manusia.

Selain dari pada itu,makanan yang diawetkan dengan iradiasi pada dosis yang lebih rendah, mampu bertahan selama 6 bulan dan tetap dalam kemasan yang tertutup rapat. Karenanya, makanan ini bisa pula diberikan pada pasien yang rentan infeksi misalnya, penderita HIV/AIDS, masyarakat yang bertugas/tinggal di tempat terpencil, para lanjut usia dengan kekebalan tubuh lemah, jemaah haji, dan juga diberikan pada korban bencana alam.

Banyak pihak yang diuntungkan dengan teknologi iradiasi ini, antara lain, para pelaku usaha dan industri pangan karena ada jaminan rasa makanannya tidak akan berubah, dan cara penyajiannya pun cukup mudah.

Aman Konsumsi Makanan Iradiasi...

4 dari 4 halaman

Aman Konsumsi Makanan Iradiasi

Batan akan terus mengembangkan iradiasi pangan olahan siap saji. Karena sibuknya orang masak ini sehingga gaya hidup dan pola makan berubah. Orang menginginkan makanan praktis dan bergizi. Target lainnya antara lain merambah kepenelitian makanan etnik yang bernilai ekonomi tinggi.

Penelitian Batan yang terus berjalan misalnya iradiasi jamur kering seperti kuping dan jamur shitake yang kaya protein dan rendah lemak. Keduanya dapat disimpan sampai enam bulan dengan kualitas yang cukup baik.

“Yang pasti masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi makanan iradiasi. Selagi kita selalu patuh terhadap regulasi yang berlaku seperti Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pangan Iradiasi tersebut di atas. Tiap kemasan juga menggunakan label khusus sesuai peraturan pelabelan yang berlaku,” imbuh Zubaidah Irawati.

Di samping itu, Batan telah menghasilkan pula sejumlah terobosan berbasis nuklir di bidang, industri dan lingkungan untuk kesejahteraan umat manusia.

Baca juga terobosan Batan lainnya:

Teknologi Baterai Lithium dalam Genggaman Indonesia

Ini Lokasi Bahan Baku Nuklir di Indonesia

Energi Nuklir di Bangka Bisa Hasilkan Listrik 10 Ribu MW

Dirikan Pengolahan Monasit, Batan Gandeng PT Timah

Batan Bakal Bangun Reaktor di Serpong

Mengenal Lebih Dekat Iptek Nuklir

Apa Jadinya Jika Rendang Diradiasi Teknologi Nuklir?

(Adv/Gil/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.