Sukses

PM Netanyahu Kutuk Tabrak Lari yang Tewaskan Bayi di Israel

PM Israel Benjamin Netanyahu yang juga tokoh konservatif Yahudi ini menyebut tudingannya sangatlah beralasan.

Liputan6.com, Yerussalem - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu angkat komentar terkait tewasnya bayi keturunan Yahudi yang menjadi korban tabrak lari. Ia mengutuk insiden itu, dan secara tegas dirinya menyebut Presiden Palestina Mahmoud Abbas harus bertanggung jawab atas kejadian ini.

PM Israel yang juga tokoh konservatif Yahudi ini menyebut tudingannya sangatlah beralasan. Menurut dia, Abbas merupakan sosok yang selalu memberikan dukungan pada setiap serangan yang melawan negaranya.

Tidak cuma Abbas, Netanyahu pun menunjuk pemerintah gabungan Palestina, Hamas dan partai tempat Abbas bernaung, Fatah sebagai pihak yang juga mendukung aksi tersebut.

"Ini merupakan cara yang dipakai kerabat Abu Mazen (Mahmoud Abbas) di pemerintahan, Abu Mazen semenjak beberapa hari lalu telah merencanakan aksi untuk mencelakakan warga Yahudi di Yerusalem," sebut Netanyahu seperti dikutip dari BBC, Kamis (23/10/2014).

Pelaku yang merenggut nyawa balita asal AS keturunan Yahudi itu adalah warga Palestina.

Dari keterangan Juru Bicara Kepolisian Israel Micky Rosenfled, pelaku tabrak lari tersebut ditembak saat mencoba kabur. Tersangka yang teridentifikasi sebagai Adbel-Rahman Shaloudi, dan masih berusia 21 tahun dilaporkan dalam kondisi kritis.

Selain soal insiden di Yerusalem, komentar dari Netanyahu turut menyinggung pernyataan yang dikeluarkan Abbas berapa hari lalu. Ketika itu, Abbas mengatakan pemukiman Yahudi di Yerusalem Timur tidak boleh berdiri.

Kondisi di Yerusalem dikhawatirkan akan memburuk setelah kejadian tersebut. Untuk mencegah hal itu, Amerika Serikat (AS) yang selama ini berperan sebagai mediator krisis Palestina dan Israel segera mengambil sikap.

Mereka menyatakan mengutuk perbuatan insiden tersebut. Namun AS turut menyerukan baik Israel dan Palestina untuk menahan diri.

"Kami mendesak Israel dan Palestina untuk menahan diri demi menghindari memanasnya kondisi akibat kejadian tersebut," pungkas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Jen Psaki. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.