Sukses

Jokowi Minta Korsel Bantu Bangun Tanggul Raksasa Jakarta

Menurut Jokowi, pemerintah Korsel bersedia membantu pemerintah Indonesia membangun bendungan yang anggarannya ditaksir triliunan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri luar negeri Korea Selatan Yun Byung Se menemui Presiden terpilih yang juga merupakan gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Dalam kunjungannnya itu, pria yang akrab disapa Jokowi itu banyak berbincang mengenai kerjasama bidang ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Salah satu yang disinggung yaitu mengenai pembangunan Giant Sea Wall (GSW).

Jokowi mengatakan, dirinya meminta agar pemerintah Korea Selatan turut memberikan bantuan kepada pemerintah Indonesia. Dalam proses pembangunan proyek infrastruktur,  bertujuan menanggulangi banjir rob yang sering terjadi di wilayah utara Jakarta.

"Iya Giant Sea Wall, juga masalah Jakarta. Kita tadi minta bantuan teknis kepada Korea, karena di Giant Sea Wallnya yang terbaru itu paling bagus yaitu yang ada di kota Sarmanggeum," ucap Jokowi di Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (9/10/2014).

Dengan pengalaman itu, lanjut Jokowi, pemerintah Korsel bersedia membantu pemerintah Indonesia membangun bendungan yang anggarannya ditaksir mencapai ratusan triliun itu.

"Ini bagus sekali dan pak menteri (Menlu Yun) menyampaikan akan memberikan bantuan teknis kepada kita," ucap dia.
‎
Lalu, bantuan seperti apa yang akan diberikan pemerintah Korsel kepada Pemerintah RI? 

"Tentu saja dari sisi perencanaan teknisnya, supervisinya di lapangan kan bisa saja. Tapi belum, kan ini kita baru. Tapi sudah disanggupi oleh pak Menlu," tandas Jokowi.

Sebagai upaya awal rencana pembangunan GSW, sebelumnya Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama telah melakukan kunjungannya ke Saemangeum Sea Wall, Korea Selatan. Menurutnya, konsep GSW Jakarta berbeda dengan yang ada di Korea.

"Saya kira beda sekali konsepnya. Konsep Jakarta Giant Sea Wall mau buat waduk jadi reservoir air. Itu saya kira nggak masuk akal setelah lihat di situ," jelas Ahok.

Ahok menjelaskan, di Jakarta tanggul raksasa yang dibangun bertujuan sebagai reservoir air atau bangunan penampungan air minum. Sementara, di Tanggul Saemangeum terdapat permasalahan air kotor.

"Dia (Korea Selatan) mempunyai persoalan dengan pencemaran waduk yang dia bikin. Kan dia tutup, berarti kan semua air kotor masuk ke situ. Itu saja ngga bisa dipakai buat pertanian," jelas Ahok.

Meski demikian, Ahok mengatakan apa yang dilihatnya di Korea Selatan dapat dipraktikan pula di Jakarta. Salah satu alasannya karena negara tersebut memang ahli dalam urusan tanggul laut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.