Sukses

Curhat Terakhir Mayang Prasetyo pada Sang Ibunda

Di mata sang ibu, Mayang Prasetyo yang sebelumnya bernama Febri itu adalah sosok anak yang baik.

Liputan6.com, Jakarta - Hidup Mayang Prasetyo berakhir tragis. Warga negara Indonesia (WNI) transgender itu tewas dibunuh pasangannya sendiri, Marcus Peter Volke di Australia. Dimutilasi lalu dimasak.

Ibunda Mayang, Nining Sukarni sangat terpukul atas kepergian anaknya untuk selama-lamanya. Dia tak menyangka bila pada akhirnya, Mayang dibunuh oleh Marcus.

Di mata Nining, Mayang yang sebelumnya bernama Febri itu adalah sosok anak yang baik. Sedangkan Marcus, bagi Nining, merupakan seorang pria yang kalem dan terlihat penurut. Namun dia tak menyangka ternyata koki itu tega membunuh buah hatinya.

Sang ibu mengungkapkan, Mayang terakhir kali berbicara padanya pekan lalu. Ketika itu, transgender berusia 27 tahun tersebut mencurahkan isi hatinya bahwa ia tak betah tinggal di Australia. Mayang ingin kembali ke Bali.

"Febri (Mayang) tak nyaman tinggal di Brisbane (Australia), namun dia mencoba untuk beradaptasi di sana, seperti misalnya mulai memelihara anjing agar memiliki kesibukan yang bisa membuatnya betah di sana," ujar Nining, seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Selasa (7/10/2014).

"Kemudian saya menasihatinya untuk menjaga sikap dan baik-baik di sana. Dan jangan pernah membuat konflik," imbuh dia.

Nining juga menuturkan, bahwa dalam pembicaraan yang terakhir kalinya itu, Mayang yang merupakan anak pertama berkata akan mengirimkan uang untuk biaya sekolah kedua adiknya.

Mayang dibunuh secara sadis oleh Marcus pada pekan lalu. Sejumlah potongan tubuhnya ditemukan di apartemen Teneriffe, Queensland pada Sabtu 4 Oktober lalu. Bagian tubuh lainnya dilaporkan dimasak oleh Marcus.

Marcus sendiri kemudian bunuh diri setelah melakukan aksinya. Polisi baru berhasil menguak pembunuhan tersebut setelah mendapat laporan dari penghuni apartemen lain bahwa ada bau menyengat dari unit pasangan tersebut.

Mayang sebelumnya dikabarkan berprofesi sebagai wanita penghibur. Menurut laman Courier Mail, perempuan asal Indonesia itu berpenghasilan sampai 500 dolar Australia atau sekitar Rp 5,3 juta per jam.

Berdasarkan akun Facebooknya, Mayang tengah menempuh pendidikan di RMIT University dan pernah mengemban studi di Ghetto University, dan BPI 1 Bandung. Lalu ia menuliskan sedang bekerja di Le Femme Garcon.

Mayang kemudian menikah dengan chef Peter Volke tahun 2013 setelah bertemu di sebuah kapal pesiar dan pindah ke Brisbane. Pasangan itu sebelumnya terlihat hidup harmonis di apartemen berdesain modern Ternerrife selama tiga bulan.

Apa yang dilakukan Marcus sangat bertolak belakang dengan kampanye yang ia lakukan sebelumnya. Lelaki yang berprofesi sebagai koki itu sebelumnya dikenal sebagai seorang yang gencar menyuarakan anti-kekerasan terhadap wanita.

Melalui akun Facebook-nya, pria 28 tahun itu pernah melontarkan kecaman keras atas kasus dua gadis di India yang digantung setelah diperkosa, beberapa bulan lalu. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini