Sukses

Swedia Segera Akui Kedaulatan Palestina

Swedia akan menjadi negara maju kedua yang mengakui Palestina. Setelah Islandia yang memberi pengakuan resmi pada 15 Juli 2013.

Liputan6.com, Stockholm - Swedia segera mengakui Palestina sebagai sebuah negara berdaulat. Hal itu diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Stefan Lofven. Keputusan tersebut adalah pertama dilakukan sebuah negara anggota lama Uni Eropa.

"Konflik antara Israel dan Palestina hanya bisa diselesaikan dengan solusi dua negara," kata PM Lofven dalam pidato pelantikannya di parlemen, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (4/10/2014).

Meski demikian, kata dia, sikap itu harus dinegosiasikan sesuai dengan hukum internasional.

"Solusi dua negara membutuhkan pengakuan satu sama lain dan kemauan untuk hidup damai secara berdampingan. Karena itu Swedia akan mengakui negara Palestina," kata Lofven. Sayang ia tak menyebut kapan persisnya pengakuan akan disampaikan resmi.

Saat pengakuan sah disampaikan, Swedia bergabung dengan lebih dari 130 negara dunia yang mengakui kedaulatan Palestina. Langkah negara Nordik itu dipastikan akan mendapat pertentangan keras dari Israel.

Sebagian besar dari 28 negara Uni Eropa saat ini menahan diri untuk tidak mengakui Palestina sebagai negara. Sementara, Hungaria, Polandia, dan Slovakia sudah duluan memberi pengakuan sebelum bergabung dengan EU. Swedia akan menjadi negara maju kedua yang mengakui Palestina.

Hingga saat ini, satu-satunya negara maju, dan Eropa Barat yang mengakui Palestina hanya Islandia --pengakuan resmi dinyatakan pada 15 Juli 2013

Perjuangan Palestina

Sudah lama rakyat Palestina berjuang mendirikan negara yang merdeka dan berdaulat di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur dan Jalur Gaza -- - yang diduduki oleh Israel selama Perang Enam Hari tahun 1967.

Pada tahun 1988, pemimpin Palestina, almarhum Yasser Arafat secara sepihak mendeklarasikan berdirinya negara Palestina. Sekitar 100 negara langsung memberikan pengakuan, mayoritas negara Arab dan negara non-blok.

Pada tahun 1993, Perjanjian Oslo ditandatangani di Washington DC. Antara organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Israel. Saat itu jabat tangan bersejarah antara Yasser Arafat dan Yitzhak Rabin terjadi. Namun, dua dekade pembicaraan damai -- yang timbul tenggelam -- gagal menghasilkan penyelesaian yang permanen.

Pada Selasa 13 Desember 2011, di markas UNESCO di Paris, Prancis, untuk kali pertamanya dalam sejarah, bendera Palestina berkibar di sebuah badan PBB.

Saat itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menatap bendera yang dikerek ke atas tiang, diiringi lagu kebangsaan Palestina. Dalam pidatonya, ia menekankan, pengakuan UNESCO adalah pengakuan pertama terhadap negaranya. Palestina berharap badan-badan dunia yang lain akan mengikutinya.

Palestina mendapatkan status keanggotaan UNESCO ke-195 Oktober 2011 lalu--dengan hasil voting 107 lawan 14. Hasil ini membuat marah AS, sekutu dekat Israel.

Buntut dari kemarahan AS, Washington langsung menghentikan bantuannya ke UNESCO. Pembekuan bantuan AS membuat badan ini kehilangan 22 persen pemasukannya. Meski jadi anggota UNESCO, upaya Palestina menjadi anggota penuh PBB selalu digagalkan veto. (Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini