Sukses

Polisi Senior Hong Kong Bunuh Diri, Gara-gara Demo Besar-besaran?

Andrew Philips diketahui menembak dirinya sendiri di kantor polisi Hong Kong. Sementara, demonstrasi menuntut demokasi makin besar.

Liputan6.com, Hong Kong - Demonstrasi besar-besaran masih digelar Hong Kong. Puluhan ribu orang -- terutama pelajar dan mahasiswa -- memadati kota, memblokir sejumlah tempat. Tuntutannya satu: demokrasi. Agar China mencabut aturan baru soal kandidat pemimpin mereka pada 2017. Di tengah suasana protes itu, muncul berita duka.

Kepolisian Hong Kong mengonfirmasi bahwa inspektur kepala Kepolisian Distrik Timur (Eastern District), Andrew Philips meninggal dunia akibat bunuh diri. Ia diketahui menembak dirinya sendiri di kantor polisi North Point Rabu dini hari sebelum pukul 03.00.

Phillips, 50 tahun, telah mengabdi di kepolisian selama 27 tahun sejak 1987. Ia adalah inspektur kepala pada divisi investigasi kriminal atau Crime Investigation Division (CID).

Dia ditemukan tewas dalam kondisi merosot dan terkulai di kursinya di kantor, dua luka tembak ditemukan di kepalanya. Demikian ujar pengawas senior Ip Chi-keung dalam konferensi persnya.

Ia menambahkan, pistol korban ditemukan tergeletak di lantai dekat jasad. Ia tak sedang menjalankan tugas saat salah satu koleganya menemukan mayatnya sekitar pukul 02.40 waktu setempat.

Apakah ada kematian Phillips ada kaitannya dengan gerakan Occupy Central yang menggelar demo besar-besaran di Hong Kong?

Menurut kepolisian, Philips tidak terlibat dalam operasi polisi terkait pengamanan demo. "Saya pikir tak sepantasnya mengaitkan kematian Phillips dengan Occupy Central. Kami sedang berduka kehilangan rekan," kata Ip seperti dimuat situs South China Morning Post, Rabu (1/10/2014).

Penyelidikan awal menyimpulkan kematian Phillips akibat bunuh diri. Namun mengapa, masih misterius. Ia tak punya indikasi memiliki masalah keuangan atau kesehatan.

Meski meninggalkan catatan bunuh diri, dalam kalimat yang pendek, Phillips tak menyebut alasan mengapa ia memutuskan menghabisi nyawanya sendiri.

Sementara itu di lokasi demonstrasi, protes masih berlanjut di tengah perayaan besar memperingati peristiwa 1 Oktober 1949, ketika Mao Zedong memproklamasikan Republik Rakyat Tiongkok dan mendirikan sebuah negara komunis.

Massa meneriakkan tuntutan agar pemimpin mereka saat ini mundur. Mereka juga menuntut polisi tak menggunakan kekerasan, juga mengimbau agar semua orang 'melindungi Hong Kong'.

Pemimpin demo, Joshua Wong -- yang sempat ditahan Jumat dan bebas 2 hari kemudian, memimpin protes diam di lokasi upacara merayakan terbentuknya RRC di Golden Bauhinia Square.

Dalam diam, para pemrotes membalikkan badan, menyilangkan tangan di atas kepala, saat bendera China dan Hong Kong dikibarkan.

"Kami menyilangkan tangan untuk mengekspresikan kekecewaan kami ke pemerintah, sebagai bentuk ketidakpercayaan kami pada pemerintah pusat di Beijing, dan menolak keputusan Kongres Rakyat Nasional pada  31 Agustus lalu," kata Joshua Wong, merujuk soal aturan pemilihan kandidat pemimpin eksekutif Hong Kong, seperti dimuat CNN. (Tnt)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini