Sukses

ISIS Ubah Strategi, Terang-terangan jadi 'Kucing-kucingan'

Muncul sejumlah indikasi milisi ISIS sedang menyesuaikan diri untuk menghadapi kondisi baru, termasuk serangan udara AS.

Liputan6.com, Baghdad - Hampir dua bulan sejak Amerika Serikat memulai serangan udara terhadap kelompok yang menamakan diri Islamic State of Iraq in Syria atau ISIS di Irak Utara, muncul sejumlah pertanda milisi itu sedang menyesuaikan diri untuk menghadapi kondisi baru.

Mereka mengubah strateginya dari terang-terangan menjadi 'kucing-kucingan' menghindari para koalisi, yang akan memberangusnya.

Para saksi mata dan sumber dari suku yang ada di daerah yang dikuasai ISIS melaporkan, terjadi pengurangan jumlah pos pemeriksaan milisi dan semakin sedikit anggota ISIS yang menggunakan telepon genggam -- agar terhindar dari serangan udara.

Seperti dimuat BBC yang dikutip Rabu (1/10/2014), milisi juga terlihat tidak lagi menggunakan iring-iringan kendaraan lapis baja. Menggantikannya dengan sepeda motor, agar keberadaan mereka tak mencolok dan menarik perhatian militer AS.

Muncul sejumlah laporan, mereka menaruh bendera hitam pada rumah warga sipil dan sarana umum untuk mengelabui para pencari sasaran.

Wartawan BBC Reda El Mawy melaporkan, banyak gedung yang diserang pembom koalisi dilaporkan sudah dikosongkan sebelum serangan.

Pemimpin sukudari sebuah desa di selatan Kirkuk mengatakan, milisi ISIS meninggalkan salah satu markas terbesarnya di desa ketika mendengar akan ada serangan udara yang ditujukan ke daerahnya.

"Mereka mengangkut semua perabotan, kendaraan dan senjata. Mereka kemudian menanam bom pinggir jalan dan merusak markas," kata sheikh yang tidak mau diketahui jati dirinya itu.

ISIS disebut-sebut sebagai militan yang dikenal memiliki kemampuan mobilitas yang tak terdeteksi. Yang memungkinkan mereka untuk menarik dan berkumpul kembali lebih cepat, daripada pasukan tentara biasa.

"Ini merupakan rumusan yang patut dicoba dan diuji," kata ahli pertahanan dan keamanan Paul Gibson yang juga pensiunan brigadir Angkatan Darat Inggris.

"Setelah (militan) mulai menghadapi serangan udara, hal pertama yang mereka akan lakukan adalah mengurangi target para pasukan koalisi. Mereka akan membubarkan dan mengurangi komunikasi dengan ponsel dan radio, sehingga tanda dari sinyal elektronik mereka berkurang," jelas Gibson.
 
Gibson menuturkan, ISIS terdiri dari banyak pejuang asing, dan mereka membawa pengalaman hidup dari tempat konflik lain seperti Afghanistan dan Chechnya, juga Libya.

"Saya pikir mereka akan belajar sangat cepat di tanah ini. Serta belajar dari milisi lain bagaimana beradaptasi dengan ancaman baru dari serangan udara. Anda berbicara di ponsel, Anda segera dibom," urai Gibson.

Larangan Publikasi Rekaman ISIS

Selain mengurangi penggunaan ponsel dan radio pemantau, ISIS juga dilaporkan membuat pembatasan baru termasuk larangan pengambilan gambar dan pembuatan film selama pertempuran. Baik menggunakan kamera atau ponsel.

Berita itu mengemuka usai beredarnya memo dari Komite Umum ISIS, yang memerintahkan pengikutnya untuk berhenti mengambil gambar selama pertempuran.

Memo tersebut juga beredar di Twitter, dengan hashtag #media secrecy campaign.

Sebuah akun Twitter baru yang diyakini berada di balik kampanye itu menuliskan: 'Bertindak dalam keheningan dan lindungi sesama milisi.'

Akun Twitter lain juga bermunculan untuk menjelaskan kepada simpatisan ISIS untuk mematuhi perintah. "Jangan membahayakan saudara-saudaramu dengan merekam gerakan mereka," tulis salah satu akun.

"Tidak apa-apa untuk mempublikasikan foto-foto pertempuran masa lalu atau untuk merayakan pertempuran yang telah dikonfirmasi," jelas akun lainnya.

Lainnya menulis "Rahasia bukan tidak ada".

Menurut Gibson, ISIS hendak merekrut penduduk lokal untuk melawan koalisi.  "Mereka akan berusaha untuk menyembunyikan diri di kalangan penduduk. Mereka akan menggunakan bangunan seperti rumah sakit, masjid dan fasilitas lain yang jika terkena pasukan koalisi akan membuat banyak kerusakan," beber Gibson. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.