Sukses

Protes UU Pilkada, 'SBY' Berhidung Panjang Datangi Istana Negara

Di sekitar mereka berjejer karangan-karangan bunga dan spanduk bertuliskan ucapan duka cita.

Liputan6.com, Jakarta - Selagi sang tuan rumah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak di tempat, belasan orang menyambangi Istana Negara, Jakarta. Di sekitar mereka berjejer karangan-karangan bunga dan spanduk bertuliskan ucapan duka cita.

Aksi massa dari Koalisi Masyarakat Sipil itu digelar sebagai simbol matinya demokrasi lantaran disahkannya RUU Pilkada menjadi undang-undang. Mereka mengenakan topeng bergambar wajah Ketua Umum Partai Demokrat tersebut yang diberi tambahan hidung panjang. Topeng SBY itu dipakai sambil memegang spanduk sepanjang 1x4 meter itu.

Saat tengah beraksi, 2 buah karangan bunga tiba di lokasi. Karangan bunga itu diantar dengan menggunakan mobil bak terbuka lalu diletakan tepat di samping massa yang berdemo.

"Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Demokrasi Indonesia," tulis pesan di karangan bunga itu.

Koordinator Eksekutif Kontras Haris Azhar yang juga hadir dalam aksi ini mengatakan, DPR harus bertanggung jawab atas disahkannya RUU Pilkada menjadi undang-undang. Tidak memandang apa pun partainya.

"Sekarang ini kita berkumpul untuk memulai satu rentetan membangun partisipasi masyarakat untuk menentang UU Pilkada. Kami melihat ini kejahatan yang dilakukan di DPR," ujar Haris dalam orasinya di depan Istana Negara, Jakarta Senin (29/9/2014).

"Partai politik apa pun, mereka harus menanggung beban dan aib bangsa ini," imbuh dia.

Doa untuk yang Meninggal

Tak berhenti di situ, kehadiran 3 pendemo yang bersarung dan peci juga menyita perhatian. Mereka lalu duduk bersila di depan kerumunan massa lalu memanjatkan doa. Doa yang dipanjatkan layaknya yang disampaikan kepada orang yang meninggal.

 



Sementara itu, Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menilai, lahirnya UU Pilkada sepenuhnya menjadi tanggung jawab Presiden SBY. Ini lantaran aksi walk out yang dilakukan Partai Demokrat yang berujung pada berkurangnya suara untuk pilkada langsung.

"Penikmat pertama adalah Pak SBY. Dalam 10 tahun dia mendapatkan banyak pernghargaan. Tapi, jelang dia turun malah gugur demokrasi itu. Aktor dari semua kegagalan terkuburnya demokrasi SBY. Jelas yang patut disebut dalang adalah SBY," tandas Ray. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.