Sukses

Tak Mampu Biayai Operasi Tumor, Kamarni Hanya Bisa Terbaring

Kamarni dan keluarga berharap pemerintah daerah dan provinsi, serta para dermawan dapat mengulurkan tangan agar bisa beroperasi tumor.

Liputan6.com, Bima - Sungguh miris apa yang dialami Kamarni, warga RT 5/RW 3, Desa Tambe, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini telah berbaring di tempat tidurnya selam kurang lebih 4 tahun karena menderita tumor.

Kondisi perut gadis berumur 21 tahun yang kian membesar ini, dari waktu ke waktu harus menahan sakit. Bahkan, ukuran perut anak terakhir dari 6 bersaudara ini nyaris menutup tubuhnya.

Tidak ada aktivitas yang bisa dia lakukan setiap harinya, selain berbaring di tempat tidur dan pergi ke sungai untuk mandi dan buang air.

Kamarni menceritakan tentang awal mula keceriaannya hilang karena menderita tumor, yaitu sejak dia duduk di bangku kelas 2 SMA.

Awalnya, Kamarni hanya menderita gatal-gatal di perut, namun lama-kelamaan tak menyangka perutnya semakin membesar. Meski demikian dia tidak pernah merasakan sakit sedikit pun.

Setahun setelah itu, saat dia menginjak kelas 3 SMA, kondisi perut Kamarni yang terus membesar mulai menghambat aktivitas sekolahnya. Dia pun terpaksa tak dapat mengikuti ujian akhir sekolah dan hanya bisa beristrahat di rumah.

Upaya untuk sembuh pun dilakukan dengan memeriksakan penyakitnya ke dokter di Bima. "Dokter di Bima bilang penyakit saya tumor. Terus saya periksa ke rumah sakit di Mataram dibilang penyakit kista," kenang Kamarni kepada Liputan6.com, Bima, NTB, Minggu (28/9/2014).

Oleh dokter di Mataram, Kamarni diminta agar dirujuk ke salah satu rumah sakit di Denpasar, Bali untuk operasi. Hanya saja, niat operasi urung dilakukan, lantaran orangtua Kamarni yang tergolong tidak mampu tidak memiliki biaya.

"Jangankan ke Bali, ke Mataram saja keluarga saya ngutang," tutur dia.

Ingin Melanjutkan Sekolah

Sejauh ini Kamarni belum pernah mendapat bantuan resmi dari pemerintah daerah setempat. Keluarga Kamarni pernah melaporkan ke aparat desa, namun tidak mendapat respons.

Selama ini, Kamarni hanya menerima bantuan yang bersifat tak tentu dan bantuan dari Gubernur NTB saat berkampanye pada 2013 lalu. "Saat itu gubernur kasih bantuan sebesar Rp 5 juta," kenang dia.

Kini akibat penyakit tumor yang diderita, Kamarni hanya bisa duduk di rumahnya yang sangat sederhana. Beban perut yang cukup berat, aktivitasnya pun terbatas. Namun untuk urusan buang hajat, Kamarni tetap melakukan sendiri, meski tak bisa berlama-lama.

Kamarni berharap mendapat uluran tangan dari pemerintah daerah, maupun pemerintah provinsi agar bisa sembuh. Sehingga dirinya dapat kembali melanjutkan sekolah yang sudah ditinggalkan sejak kelas 2 itu.

Kakak kandung Kamarni, Ibrahim juga sangat berharap adiknya segera dioperasi. Namun, kondisi keluarga yang jauh dari berkecukupan membuat dirinya pasrah dan menunggu uluran tangan pemerintah maupun donatur.

Ibrahim dan kedua orang tuanya, tak mampu mengumpulkan uang untuk biaya berobat dan operasi tumor Kamarni. Sebab, sehari-harinya dirinya hanya sebagai buruh tani. Sedangkan kedua orangtua hanya sebagai pemikul garam di tambak.

"Sehari-hari kami hanya bekerja sebagai buruh tani, mengumpulkan sisa-sisa padi orang di sawah," pungkas Ibrahim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.