Sukses

Kemarau, Warga Banyumas Tampung Air Bersih di Perahu Banjir

Ketika musim hujan tiba, mereka harus bersabar karena banjir. Sebaliknya, saat musim kemarau datang, mereka mesti merasakan krisis air.

Liputan6.com, Banyumas - Derita seolah tiada henti dirasakan warga Dusun Kalisetra, Desa Plangkaban, Kecamatan Tambak, Banyumas, Jawa Tengah. Ketika musim hujan tiba, mereka harus bersabar karena banjir melanda.

Namun sebaliknya, ketika musim kemarau datang seperti saat ini, mereka mesti merasakan krisis air bersih.

"Bagaimana tidak susah, ini terjadi setiap tahun. Kalau kemarau ya pasti tak ada air. Kalaupun ada, rasanya asin dan lengket. Kalau hujan ya banjir," keluh seorang warga, Zaitun (49), Sabtu (27/9/2014).

"Sudah dua kali musim tanam, kami melewatkannya. Ini menambah derita kami," imbuh dia sembari bercerita tentang sawahnya yang mengering.

Beruntung, derita warga Kalisetra sedikit terobati hari ini.

 



Sebab 2 unit tangki air bersih berkapasitas 4 ribu liter menyambangi wilayah mereka. Ironisnya, bantuan air bersih yang diberikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI ) Banyumas itu ditampung dalam perahu yang biasa digunakan untuk mengevakuasi warga saat banjir.

Bantuan air tersebut pun langsung diserbu puluhan warga. Masing-masing membawa jeriken dan peralatan lain untuk menampung air dalam perahu tersebut. Senang sudah pasti. Seperti yang dirasakan Partian (45).

"Air bantuan ini akan digunakan untuk minum dan masak. Sebab selama ini kami amat susah mendapatkan air berih. Bersyukur ada bantuan," ucap Partian (45).

Kaur (Kepala Urusan) Umum Desa Plangkaban, Mitran mengatakan, jika musim kemarau, air laut malah masuk ke permukiman warga. Meski 10 km jarak laut dari desanya, tetapi meresap ke tanah dan mencemari air sumur.

"Tidak bisa digunakan sama sekali, warnanya kuning, rasanya asin dan lengket," ujar Mitran.

Dia mengatakan, wilayah Desa Plangkaban memang berada di posisi cekung. Sementara laut juga lebih tinggi dari daerah itu. "Untuk mendapatkan air bersih, selama ini warga harus mencari ke wilayah lain dengan jarak lebih dari 5 kilometer. Bahkan harus ke kabupaten lain (Kebumen)," tutur Mitran. (Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini