Sukses

24-9-1962: Kisah Mahasiswa Nekat Lawan Diskriminasi di AS

James Howard Meredith menjadi mahasiswa kulit hitam pertama di University of Mississippi, AS. Di tengah diskriminasi warna kulit.

Liputan6.com, Jakarta - Dunia menandai 24 September 1962 sebagai tanggal bersejarah. Hari itu, University of Mississippi menerima James Howard Meredith sebagai mahasiswanya. Yang pertama dari kalangan Afrika-Amerika. Ini bukan hanya kisah tentang anak kuliahan yang akhirnya lolos ujian masuk kampus. Tapi, soal perjuangan melawan diskriminasi rasial di Amerika Serikat, jauh sebelum Barack Obama, yang berkulit hitam, menjadi presiden.

Meredith menjadi orang Afrika-Amerika pertama yang berhasil masuk dan menjadi mahasiswa di University of Mississippi yang terletak di Oxford, bagian Selatan AS (The South) -- yang hingga tahun 1950-an masih menganut politik segregasi alias apartheid. Meredith masuk ke sana dengan susah payah, juga nekat. Baginya itu adalah bagian dari perjuangan mendapatkan kesetaraan hak sebagai warga negara. 

Ingat, saat itu, penduduk kulit hitam masih dianggap warga negara kelas dua.

Tiga kali Meredith mencoba mendaftar. Semua gagal. Bahkan, Gubernur Mississippi Ross Barnett saat itu mencekalnya. "Tidak akan ada sekolah di Mississippi yang diintegrasikan sementara saya masih gubernur." Padahal, ketetapan Mahkamah Agung Amerika Serikat memutuskan, semua fasilitas pendidikan di Selatan harus terintegrasi. Tanpa membedakan ras.

Pak Gubernur kukuh, sekolah harus dipisahkan, untuk kulit putih dan kulit berwarna. Bahwa ras menentukan posisi bahkan takdir manusia. Namun, keadilan berkata lain. Pada September 1962, pengadilan federal memutuskan James Meredith harus diterima sebagai mahasiswa di University of Mississippi.

Di hari pertama masuk kuliah, 30 September 1962, Jaksa Agung Robert Kennedy sampai harus mengirim perwira-perwira dari US Marshal untuk mengawal Meredith. Ada potensi gangguan keamanan.

Firasat Bobby Kennedy terbukti. Malam harinya, kerusuhan pecah. Mahasiswa kulit putih dan pendukung mereka melempari pengawal yang menjaga Meredith, bahkan menembaki mereka di Aula Lyceum. Satu orang anggota US Marshal ditembak di leher dan kritis. Mobil dan truk televisi hancur dan dibakar, beberapa wartawan dan juru kamera dipukuli.

Sementara Meredith tetap berada di bawah penjaga di dalam kampus, tepatnya di asrama universitas, selama terjadi kerusuhan."Itu sama sekali bukan peristiwa yang menyenangkan," ungkap Meredith.

Akibatnya, 2 orang, termasuk seorang wartawan Prancis tewas. Sementara 28 anggota US Marshal menderita luka tembak, 160 orang lainnya terluka. Setelah Patroli Jalan Raya Mississippi ditarik mundur dari kampus, Presiden John F. Kennedy mengirim pasukan reguler Angkatan Darat Amerika Serikat ke kampus untuk meredakan kerusuhan. Meredith mulai kuliah sehari setelah pasukan tiba.

Presiden AS saat itu, John F Kennedy mengeluarkan pernyataan yang disiarkan langsung di televisi. Mendesak penyelesaian damai untuk sengketa segregasi rasial itu. Presiden AS ke-35 itu juga mengirim pasukan tambahan yang disiagakan di wilayah sekitar Oxford. Untuk menanggulangi kekerasan yang meluber ke jalanan.

Aparat -- dari US Marshal, polisi militer dan National Guard -- menggunakan gas air mata untuk melumpuhkan perusuh bersenjatakan batu, pipa, bom molotov dan senapan. Setelah dikerahkan pasukan tambahan, kerusuhan pun mereda. Lebih dari 100 orang ditangkap.

Meski mendapatkan perlakuan diskriminasi karena berkulit hitam, Meredith berhasil lulus dari universitas di selatan AS itu pada tahun 1963 dengan gelar master ilmu politik.

Pada tanggal yang sama tahun 1960, Enterprise, kapal induk bertenaga nuklir partama diluncurkan. Lalu 24 September 1970, pesawat luar angkasa tak berawak Soviet Luna 16 sukses menyelesaikan misinya ke bulan. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.