Sukses

#Notinmyname: Simbol Perang Generasi Muda Islam Lawan ISIS

#Notinmyname mencoba untuk meredam hasutan kebencian dan kekerasan para teroris ISIS dengan pesan perdamaian.

Liputan6.com, London - ISIS menyebar angkara dengan mengatasnamakan agama. Menyebut diri sebagai Negara Islam Irak dan Suriah atau Negara Islam Irak dan Levant. Kelompok ekstrem itu secara sepihak juga mendeklarasikan diri sebagai Daulah Islamiyah dan mengangkat khalifah mereka, Abu Bakr al-Baghdadi.

Namun, ISIS bukanlah cerminan ajaran Islam. Sekelompok generasi muda muslim mengambil sikap memerangi kelompok tersebut dengan melakukan kampanye di dunia maya.

Menggunakan tagar atau hashtag #notinmyname, mereka mencoba untuk meredam hasutan kebencian dan kekerasan para teroris ISIS dengan pesan perdamaian.

Kampanye tersebut digagas yayasan amal Inggris, Active Change. Untuk menunjukkan pada dunia bahwa Islam adalah agama kasih dan pengampunan.

Para pemuda muslim dari Inggris dan sekitarnya ramai-ramai ambil bagian menyuarakan pendapat mereka tentang ISIS lewat Twitter dan Instagram. "ISIS tidak Islami," kata salah satu dari mereka. "Agamaku tak mengajarkan kebencian dan pembunuhan," seru yang lain.

"Islam bukan agama kekerasan. Aku tak akan membiarkan teroris itu menodai agamaku!" tulis pengguna twitter, Ayaz Taj, seperti dimuat News.com.au, Senin (22/9/2014).

"ISIS bukan representasi Islam. Agamaku menjunjung tinggi prinsip saling menghormati, kasih, dan harmoni," tulis Sophie Ahmed.

Active Change juga membuat video yang mengawali dan memperkenalkan kampanye tersebut, di mana sejumlah generasi muda muslim bicara tentang bagaimana militan ISIS merusak citra agama mereka.

http://cdn1-e.production.liputan6.static6.com/medias/740462/big/035688200_1411359937-potechi_2.png

Video tersebut kontras dengan rekaman yang dirilis ISIS di Twitter, yang menunjukkan tindakan sadis mereka memenggal kepala 3 warga Barat -- dua wartawan AS dan seorang pekerja kemanusiaan asal Inggris.

Media sosial menjadi medan pertempuran dalam perang melawan teror.

ISIS selama ini menggunakan Twitter, Facebook, dan situs sosial media lain untuk merekrut generasi muda muslim dan para simpatisan dari negara Barat.

Mereka bahkan membuat aplikasi sendiri, Dawn of Glad Tidings -- yang memungkinkan pesan kebencian mereka disebarkan ulang dalam berbagai bentuk.

Metode-metode tersebut juga membuka peluang bagi para ekstremis itu untuk menargetkan individu-individu yang rentan -- yang mungkin merasa termarginalisasi dalam masyarakat dan menjadi kandidat potensial gerakan radikalisasi.

Active Change berharap kampanye #notinmyname  menjadi langkah maju membendung ISIS.

Tak hanya #Notinmyname, sejumlah warga muslim juga mencurahkan kemarahan mereka terhadap ISIS. Hashtag #No2IS sempat jadi trending topic di Twitter. Sejumlah umat Islam juga membuat laman Facebook Australian Muslim Faces. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini