Sukses

Skotlandia Gagal Merdeka

Jumat 19 September 2014, menjadi hari penentuan bagi Skotlandia untuk tak berpisah dengan Britania Raya.

Liputan6.com, Glasgow - Skotlandia gagal merdeka dari Britania Raya. Jumat 19 September 2014, menjadi hari penentuan, yang menyatakan keinginan independen sejak 2 tahun silam itu pupus.

Mayoritas rakyat Skotlandia pun sudah memutuskan memilih tetap bergabung dengan Inggris, alih-alih menjadi negara merdeka.  

Hal itu dikumandangkan sehari usai referendum dilangsungkan pada Kamis 18 September. Yang berlanjut dengan penghitungan suara sepanjang malam di 32 area di Skotlandia. Dengan hasil nasional keluar pada Jumat pagi waktu setempat, atau sekitar pukul 12.30 WIB.

Sebelumnya, jika hasil akhir menyatakan 'setuju' berpisah, ini akan mengakhiri persatuan selama 307 tahun antara Skotlandia dan Britania Raya.

Namun ternyata sebanyak 2.001.926 atau 55.30% warga Skotlandia menyatakan ingin tetap bergabung dengan Inggris. Sedangkan 1.617.989 atau 44,70% warga lainnya menyatakan ingin berpisah.

Secara rinci, ada 28 dari 32 dewan distrik Skotlandia yang tetap menjadi bagian dari Britania Raya, di antaranya Dumfries & Galloway, East Renfrewshire, Orkney Islands, Scottish Borders, Aberdeen City, Edinburgh, Moray, dan Scottish Borders.

Sementara itu, 4 distrik lainnya memilih berpisah. Yakni Dundee City, Glasgow, North Lanarkshire, dan West Dunbartonshire.0

Respons Skotlandia-Britania Raya

Perdana Menteri Skotlandia, Alex Salmond, yang menjadi pemimpin gerakan pro-kemerdekaan menyampaikan pernyataan dari kediaman resminya di Bute house, Edinburg. Menanggapi hasil referendum tersebut.

Dalam komentar publik pertamanya sejak hasil perhitungan suara per distrik diumumkan, Salmond dalam Twitternya menulis, "Kerja bagus untuk Glasgow, kota Commonwealth kami, dan pada rakyat Skotlandia untuk dukungan yang luar biasa."

"Kami akan bekerja lagi, saling membangun untuk kepentingan rakyat Skotlandia dan juga warga asal Inggris," ujar Alex, seperti dimuat BBC.

Sementara, deputinya, Nicola Sturgeon mengaku kecewa dengan hasil perhitungan suara yang mengarah pada kekalahan kubu 'Yes'.

Hasil referendum ditanggapi bahagia Perdana Menteri Inggris David Cameron. "Saya sudah bicara dengan Alistair Darling (pemimpin pendukung pro-Inggris) dan mengucapkan selamat kepadanya atas keberhasilan kampanyenya."

Cameron menyambut baik keputusan Skotlandia dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi luar 10 Downing Street, mengatakan itu adalah hasil yang jelas.

"Seperti jutaan orang lain, saya senang," kata Cameron.

Cameron mengutarakan, ia menghargai upaya kedua belah pihak dalam referendum itu.

Sempat Resah

Kehilangan Skotlandia yang menginginkan merdeka disebut-sebut dapat melukai negara Inggris, akibat ketidakpastian finansial yang akan terjadi dalam 18 bulan ke depan. Periode yang diperlukan untuk menghapus hubungan kedua belah pihak.

Warga Inggris pun resah, dengan impian Skotlandia yang ingin mandiri itu.

Pemungutan suara itu awalnya disebut-sebut dapat mengubah keseimbangan kekuasaan dalam politik Inggris, meningkatkan kemungkinan bahwa Britania Raya akan meninggalkan Uni Eropa. Selain itu juga bisa melemahkan ekonomi dan mata uang negara.

Lalu rakyat Inggris, Wales dan Irlandia Utara tidak memiliki hak atas hasil tersebut. Hanya warga Skotlandia yang dapat memberikan suara.

Partai Buruh di Inggris yang mendukung sayap kiri akan menjadi korban politik terbesar dari kemerdekaan Skotlandia, karena banyak pemilihnya untuk parlemen berasal dari Skotlandia.

Skotlandia juga dikenal sangat pro-Uni Eropa, jadi kemerdekaannya akan sangat berpengaruh pada referendum yang dijanjikan Perdana Menteri David Cameron. Mengenai apakah Inggris akan meninggalkan Uni Eropa atau tidak, belum dapat dipastikan.

Konsekuensi meninggalkan Uni Eropa sangat besar bagi Inggris. Perusahaan-perusahaan multinasional yang memiliki kantor pusat UE di London mungkin akan pindah, membawa serta uang dan lapangan pekerjaan dengan mereka.

Tapi keresahan warga Inggris sudah sirna, dengan gagal merdekanya Skotlandia. Karena referendum 'no' lebih banyak daripada 'yes'. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini