Sukses

17-9-2011: Occupy Wall Street, Protes Lawan Kapitalis 'Tamak' AS

Gerakan Occupy Wall Street atau 'Duduki Wall Street' menjalar ke kota-kota lain di Amerika Serikat. Juga ke seluruh dunia.

Liputan6.com, New York - Hari itu, Sabtu 17 September 2011, lebih dari 1.000 orang berjalan ke arah Distrik Finansial di Lower Manhattan, New York City. Menggelar gerakan protes Occupy Wall Street (OWS) -- 'Duduki Wall Street'.

Para aktivis memrotes ketidaksetaraan ekonomi dan sosial, angka pengangguran yang tinggi, keserakahan, serta korupsi, dan pengaruh perusahaan -- terutama dari sektor jasa keuangan -- terhadap pemerintah. Kritik dilancarkan tepat di jantung kapitalisme Amerika Serikat, sekaligus hulu aturan perekonomian dunia.

Slogan "We are the 99%" diteriakkan lantang. Kaum '99 persen' itu menentang kesenjangan pendapatan di AS, di mana orang-orang kaya yang monoritas, jumlahnya hanya 1 persen, menguasai perekonomian dan kebijakan AS -- yang juga mempengaruhi bagaimana Negeri Paman Sam melihat budaya dan kemanusiaan.

"Satu hal yang menyatukan kita adalah, 'kita semua kaum 99%' yang tidak akan lagi menolerir keserakahan dan korupsi dari mereka yang hanya 1%," demikian pernyataan dalam situs Occupy Wall Street, seperti Liputan6.com kutip dari ABC News.



Massa yang turun ke jalan melambaikan simbol protes, membentangkan spanduk, menggebuk drum, dan berjalan ke arah pusat finansial. "Hukum para bankir," teriak mereka.

Sejumlah demonstran memilih tinggal, berkemah seadanya di Zuccotti Park, taman tak seberapa luas berukuran  3.100 meter persegi, 2 blok sebelah utara Wall Street, dan hanya 1 blok dari World Trade Center yang dibom teroris pada 11 September 2001.

Para pemrotes menyamakan gerakan mereka dengan 'Arab Spring' -- pergolakan di negara-negara Arab yang masih terjadi kala itu. "Pada 17 September kami ingin melihat 20 ribu orang membanjiri lower Manhattan, mengatur tempat tidur, dapur, barikade, dan menduduki Wall Street selama berbulan-bulan," kata salah satu pernyataan mereka.

"Seperti saudara dan saudari kami di Mesir, Yunani, Spanyol, dan Islandia, kami berencana menggunakan taktik revolusioner pendudukan massa yang digunakan pada Arab Spring untuk mengembalikan demokrasi di AS. Kami juga mendorong penggunaan cara non-kekerasan untuk mencapai tujuan dan memaksimalkan keselamatan para peserta aksi."

Protes dikipasi gerakan di media sosial, Twitter dengan menggunakan tagar (tandapagar) #occupywallstreet. Kelompok peretas terkemuka Anonymous juga menyatakan dukungannya. Pun dengan sejumlah pesohor, tokoh, juga selebritis.

Occupy Wall Street adalah gerakan tanpa pemimpin yang dimotori mayoritas oleh pemuda 20-an tahun yang kesal dengan keadaan ekonomi, perang di Afghanistan, kondisi lingkungan, kondisi Amerika dan dunia pada umumnya.

Hanya butuh waktu 3 minggu hingga gerakan tersebut menjadi bagi warga AS yang tak puas dengan kondisi perekonomian, merasa negaranya menempuh jalur yang salah. Dari New York, protes menjalar ke Chicago, Los Angeles, Seattle dan Boston. Juga ke seluruh dunia.

Selain di AS, aksi ini dilakukan di 900 kota di Eropa, Afrika dan Asia. Salah satunya di Roma, Italia, di mana demonstran terlibat adu fisik dengan aparat keamanan.

Tahun 2013 lalu, dalam peringatan 2 tahun Occupy Wall Street, segelintir aktivis kembali ke sebuah plasa dekat New York Stock Exchange.

"Kami masih berjuang demi keadilan ekonomi. Para bankir masih berkuasa," kata salah satu demonstran, Linnea Paton seperti dikutip dari USA Today. "Kita membutuhkan gerakan rakyat."

Perjanjian Camp David

Pada waktu dan tempat berbeda, pada 17 September 1978 ditandatangani Perjanjian Perdamaian Camp David di rumah peristirahatan Presiden AS di Camp David, tak jauh dari Washington DC. Tujuannya, untuk mencapai 'perdamaian' di Timur Tengah. Presiden Mesir Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin membubuhkan tanda tangan di traktat itu.

Berdasarkan perjanjian Camp David inilah akhirnya pada Maret 1979, Mesir dan Israel menandatangani pakta perdamaian. Berdasarkan perjanjian damai ini, Israel mengembalikan Semenanjung Sinai yang direbut dalam Perang Enam Hari 1967 kepada Mesir.

Selain itu, perjanjian damai ini juga membahas pembentukan pemerintahan otonomi di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun, upaya pembicaraan masa depan Palestina ini gagal. Sebab, Palestina tidak menerima proposal otonomi terbatas untuk Tepi Barat dan Jalur Gaza seperti diajukan Israel. Negeri Zionis juga menolak melakukan negosiasi dengan PLO.

Di tanggal yang sama tahun 1983, Vanessa Williams menjadi wanita keturunan Afrika pertama yang dimahkotai Miss America. Meski gelarnya terpaksa lepas lebih awal setelah skandal foto telanjang yang menimpanya.

Sementara pada 17 September 2001, Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange dibuka kembali untuk kali pertamanya sejak serangan teroris 11 September 2001 terhadap Menara Kembar WTC -- periode terpanjang penutupan sejak Depresi Besar tahun 1930-an. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.