Sukses

Penangkapan 4 WN Turki Jadi Petunjuk Bongkar ISIS di Indonesia

Ridlwan menilai, hubungan antara kelompok teroris Santoso dan ISIS di Suriah saling menguntungkan.

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat intelijen dari Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia Ridlwan Habib mengatakan, tertangkapnya empat Warga Negara Asing (WNA) dengan paspor palsu Turki di Sulawesi Tengah membuktikan suksesnya komunikasi kelompok Negara Islam Irak-Suriah (ISIS) dengan kelompok teroris di Indonesia.

karena itu, kata Ridlwan, penangkapan mereka oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri perlu diapresiasi. "Penangkapan mereka merupakan keberhasilan deteksi dini intelijen yang harus diapresiasi," ujar Ridlwan di Jakarta, Senin (15/9/2014).

Menurut Ridlwan, penangkapan itu akan memberi petunjuk lebih jelas tentang cara berkomunikasi antara jaringan kelompok teroris Santoso di Indonesia dan ISIS di Suriah.

"Mereka diduga kuat akan memberikan dana sekaligus melihat langsung peta kekuatan kelompok Mujahidin Indonesia Timur sebagai bahan laporan ke amirnya Abu Bakr Al Baghdady," kata Ridlwan.

Dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Ridlwan menilai, hubungan antara kelompok teroris Santoso dan ISIS di Suriah saling menguntungkan. "Kelompok Santoso sedang membutuhkan dana dan bantuan persenjataan dari luar, sedangkan ISIS  perlu proxy untuk melebarkan pengaruhnya ke Indonesia," jelas dia.

Terkait soal dana, Ridlwan mengatakan, pengiriman dana melalui wire transfer atau perbankan  sudah tidak dilakukan lagi. "Sebab, mudah dideteksi oleh aparat keamanan. Karena itu, prosedurnya kembali ke cara klasik yakni cash and carry," ujar dia.

Cara ini, kata Ridlwan, pernah terjadi pada Juli 2001. Saat itu Yusuf Galan, anggota sel Al Qaeda Spanyol diutus oleh pemimpinnya Abu Dahdah untuk membawa uang tunai untuk mendanai kamp pelatihan jihad Poso.

Kamp militer itu terpotret satelit lembaga sandi negara. Aparat intelijen RI pada 23 Desember 2001 berangkat ke Spanyol dan menemukan bukti paspor dan foto kunjungan Yusuf Galan.

Saat ini anggota kelompok MIT Santoso sebagian sudah berada di Suriah dan bergabung dengan kelompok ISIS yang sekarang menjadi Islamic State atau Daulah Islamiyah.

Karena itu, Ridlwan menyarankan, "intelijen imigrasi dibantu oleh Baintelkam Polri harus lebih memperkuat pengawasan di pintu-pintu masuk Indonesia yang selama ini lemah."

Ridlwan meyakini kunjungan 4 WNA di Sulawesi Tengah itu bukan yang pertama dan juga bukan yang terakhir. "Jika satu pola sudah terbongkar biasanya mereka akan langsung berganti strategi. Kelompok ini dua tiga langkah di depan kepolisian kita," kata dia.

Empat WNA itu ditangkap bersama tiga WNI lainnya. Mereka ditangkap saat melarikan diri ke hutan dari kejaran Densus 88. Ke-7 terduga jaringan ISIS itu diringkus di tempat berbeda. Awalnya 3 orang itu kabur di hutan di desa setempat. Namun berhasil diringkus pada Sabtu dini hari sekitar pukul 02.30 waktu setempat.

Sementara 4 orang lainnya berhasil meloloskan diri ke kawasan hutan yang ada di desa itu. Namun pada petang hari ke 4 orang itu lalu menyerahkan diri kepada aparat sekitar pukul 17.00 Wita. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.