Sukses

Pura-pura Mati, Tentara Irak Lolos Eksekusi ISIS

Ali pun menceritakan bagaimana detik-detik dirinya nyaris mati di tangan kelompok ISIS. Ia datu-satunya yang selamat.

Liputan6.com, Baghdad - Ali Hussein Kadhimer masih beruntung, terhindar dari maut, saat militan Negara Islam Irak Suriah yang dikenal dengan sebutan ISIS, melakukan eksekusi massal terhadap ratusan tentara Irak.

Ali pun menceritakan bagaimana detik-detik dirinya nyaris mati dalam pembantaian. Ia berhasil selamat dengan berpura-pura mati.

Ketika itu, beber dia seperti dimuat New York Times, Jumat (5/9/2014), 770 orang di lima lokasi di Tiktrit, Irak meregang nyawa di tangan kelompok militan itu pada bulan Juni lalu.

Ali yang merupakan tentara Syiah ditangkap militan ISIS bersama ratusan tentara lainnya. Ia dibawa ke lapangan kompleks di Tikrit -- di mana Saddam Hussein pernah tinggal.

Lanjut dia, para militan kemudian memisahkan tentara Sunni dan Syiah. Kaum Sunni diizinkan bebas. Sedangkan kaum Syiah disuruh membentuk barisan untuk dieksekusi.

Ali berada di urutan ke-4.



Ketika eksekutor menembak orang pertama, darah langsung menyembur ke wajah Ali. "Aku teringat akan anakku, ia seakan memanggil, 'Ayah, ayah'," ujar pria itu.

Lalu tiba giliran Ali untuk dieksekusi, sang eksekutor mengarahkan pistol laras panjang ke kepala Ali dan Dor...!!! Tembakannya ternyata meleset.

Peluru hanya lewat pelipisnya. Namun Ali pura-pura menjatuhkan diri seolah-olah tertembak.

"Aku hanya pura-pura mati setelah ditembak," tegas dia. Keputusan itu akhirnya menyelamatkan dirinya.

Ketika eksekutor telah menembaki seluruh tahanan, cerita dia, eksekutor masih berjalan di antara tubuh-tubuh berlumuran darah. Ada yang masih luka parah, namun masih bernafas.

"Biarkan dia menderita. Dia seorang Syiah kafir. Biarkan dia menderita, biarkan dia berdarah," tiru Ali  menirukan ucapan seorang militan ISIS. "Pada saat itu, aku memiliki keinginan besar untuk hidup," kata pria 23 tahun itu.

Ali pun menunggu 4 jam berpura-pura mati, sebelum melarikan diri saat gelap dan dirasa cukup aman. Ia pun berhasil sampai ke tepi sungai Tigris yang berjarak 200 meter dari tempat eksekusi.

Pria berperawakan kurus itu kemudian bertemu dengan seorang pria bernama Abbas, yang terluka akibat ditembak militan yang membuangnya ke sungai. Selama 3 hari, Ali bersama Abbas menghabiskan hari dengan makan serangga dan tanaman.

"Aku mencari ulat, membuang kepalanya, lalu memakannya," jelas dia.

Namun Abbas yang tubuhnya terluka parah tidak bisa bergerak dan memakan apapun."Tiga hari itu seperti berada dalam neraka," ingat dia.

Segera Ali mulai merencanakan pelariannya, Abbas yang semakin lemah tidak bisa mengikutinya. Ia pun meminta Ali untuk kembali menjemputnya, meskipun tahu dirinya yang terluka parah tak akan selamat.

"Biarkan semua orang tahu apa yang terjadi di sini," pesan Abbas kala itu.

Ayah dari 2 orang anak ini kemudian menyeberangi sungai. Ia menyelam agar gerakannya tak diketahui ISIS. Namun area di seberang sungai itu adalah kawasan Sunni. Ia pun takut, karena aliran itu merupakan bagian dari kelompok pembantai tersebut.

Namun warga Sunni yang ditemui pertama kali ternyata baik hati. Ia diberikan tomat dan roti untuk dimakan. Lalu ia diperingati.

"Kalau kamu pergi, kamu akan mati ditembak. Kalau kamu di sini, juga akan mati. Kalau kamu lewati jembatan itu, kamu juga akan mati. Kamu adalah mayat hidup," beber pria berjambang itu mengikuti perkataan si Sunni baik hati.

"Aku tinggal di rumah warga Sunni baik hati itu 3 hari. Mereka tak seperti orang-orang Sunni yang selama ini digambarkan. Tiga hari di tempat itu, ISIS mengetahui keberadaannku. Mereka mencariku, tapi tak tahu aku ada di rumah yang mana," ungkap dia.

Sambung Ali, keluarga Sunni itu lalu membawaku ke Kota Al-Alam. Dengan bantuan orang asing, ia pun dibantu ke tempt aman.

Ali bersyukur akhirnya bisa selamat dan berkumpul kembali bersama istri dan putrinya di rumahnya di Irak bagian selatan. Ia pun menjadi satu-satunya saksi hidup dan menceritakan kisahnya kepada dunia.

Sejumlah pejabat Irak dan Ali yakin bahwa ISIS telah menewaskan 1.700 tentara Syiah, kekejaman yang lebih mengerikan daripada apa yang dilakukan pemerintahan Saddam Hussein pada tahun 2006 dan 2007. Ali juga meyakini masih ada ratusan tentara lainnya yang disandera ISIS di Tikrit. (Imelia Pebreyanti/Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini