Sukses

ISIS Penggal Wartawan Steven Sotloff sebagai Balasan atas Serangan AS

Beredarnya video pemenggalan wartawan kedua AS setelah James Foley, Steven Sotloff oleh kelompok militan ISIS mengejutkan banyak pihak.

Liputan6.com, Aleppo - Beredarnya video pemenggalan wartawan kedua AS setelah James Foley, Steven Sotloff oleh kelompok militan ISIS mengejutkan banyak pihak. Terutama negeri pimpinan Barack Obama.

Aksi barbar itu, seperti diberitakan New York Daily News, Rabu (3/9/2014), disebutkan sebagai balasan atas serangan yang dilakukan Obama terhadap basis ISIS di Irak.

"Aku kembali, Obama, dan aku kembali karena kebijakan luar negeri arogan Anda terhadap ISIS. Karena desakan Anda untuk melanjutkan serangan pemboman Anda," kata algojo beraksen Inggris yang disebut-sebut sebagai pelaku jihad bernama John sambil memegang pisau ke leher Sotloff.

"Sama seperti rudal Anda yang terus menyerang orang-orang kami, pisau kami akan terus menyerang leher orang-orang Anda," tambah pria bercadar dan berkostum hitam.

Belum lama ini AS memang melakukan serangan udara terhadap kelompok ISIS yang menguasai bendungan besar dekat Mosul -- dan membantu pasukan pemerintah Irak mengejar militan dari kota Amirli.

Sejauh ini belum ada tanggapan dari Presiden Obama terkait aksi terbaru ISIS ini. Namun perwakilan dari Gedung Putih, menyampaikan duka citanya kepada keluarag Sotloff.

"Pikiran dan doa kami terutama untuk keluarga Sotloff ," kata sekretaris bidang pers Josh Earnest.

Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki menyatakan geram dengan aksi pembantaian yang dilakukan ISIS. "Jika video tersebut asli, kami muak dengan tindakan brutal ini," kata Psaki.

Psaki menuturkan, dirinya percaya beberapa orang Amerika lainnya telah jatuh ke dalam cengkeraman ISIS, tetapi ia belum memberikan detailnya.

Dalam sebuah pernyataannya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Bernadette Meehan juga mengatakan mereka terkejut oleh pembunuhan brutal seorang wartawan Amerika yang tidak bersalah itu.

"Eksekusi Sotloff ini jelas adalah serangan terhadap rakyat Amerika Serikat," tegas tokoh dari Partai Republik AS Pete King.

Sedangkan Perdana Menteri Inggris David Cameron menyebut pemenggalan kepala seorang perbuatan yang sangat tercela.

Pasukan Tambahan

Pada Selasa 2 September malam waktu setempat, AS juga telah mengirim 350 tentara tambahan untuk membantu melindungi kedutaan di Baghdad. Peningkatan jumlah pasukan di Irak menjadi lebih dari 1.000 dilakukan, menyusul ancaman ISIS yang semakin merajalela.

Di Florida selatan, juru bicara keluarga Sotloff mengatakan mereka telah melihat rekaman mengerikan itu dan menyatakan sangat sedih.

"Keluarga tahu tragedi mengerikan ini dan berduka," kata juru bicara keluarga, Barak Barfi.

Video mengerikan berdurasi 2 menit 46 detik itu pertama kali diperoleh oleh badan intel AS, Search for International Terrorist Entities Intelligence Group (SITE Intelligence Group).

Kemunculan Sotloff ternyata bukan yang pertama. Sebelumnya ia sudah terlihat dalam video pemenggalan jurnalis AS James Foley pada 19 Agustus lalu yang beredar salah satunya di YouTube.



Sotloff muncul sebentar dalam posisi sedang diancam oleh salah satu algojo. Pada saat itu, ia tampil lebih bersih seperti habis cukur. Namun dalam rilis video terbaru, dia memiliki jenggot. Itu berarti ada dua video yang dibuat pada waktu yang berbeda.

Video terbaru yang berisikan adegan pemenggalan Sotloff itu juga menggambarkan ancaman bagi AS. Dalam video berjudul 'Pesan kedua untuk Amerika' atau 'a second message to America' itu menunjukkan Sotloff berada di sisi pria bercadar dan berkostum serba hitam. Lalu Sotloff yang mengenakan jumpsuit warna oranye mengucapkan pesan yang ditujukan kepada Obama.

"Saya Steven Joel Sotloff. Saya yakin Anda tahu persis siapa aku sekarang, dan mengapa saya muncul," kata Sotloff di awal kalimatnya.

Lalu Sotloff mengungkapkan kecaman ISIS terhadap Obama.

Ketika Obama mengatakan ia tidak akan bernegosiasi dengan teroris, ibu Sotloff, Shirley sebelumnya sempat membuat permohonan kepada pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.

"Lepaskan anak saya. Saya meminta Anda untuk menggunakan otoritas Anda untuk menyelamatkannya," pinta Shirley.

Dalam akhir video tersebut, juga ditampilkan David Cawthorne Haines, seorang pekerja bantuan dan mantan tentara Inggris. Ia diancam akan dieksekusi juga setelah Sotloff. Karena Inggris dan AS bergabung untuk melawan ISIS. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.