Sukses

Amnesty International: ISIS Lakukan Pembantaian Mengerikan

Amnesty International mengaku telah mengumpulkan bukti kejahatan perang berupa beberapa pembunuhan massal di Sinjar di bulan Agustus.

Liputan6.com, Baghdad - Perang di Irak dan Suriah membawa derita bagi warga minoritas di dua negara tersebut. Dengan dorongan sektarian yang sedemikian itu, kejahatan perang semakin kerap terjadi.

Amnesty International mengaku telah menemukan "bukti yang mengerikan" tentang pembersihan etnis oleh kelompok ISIS di utara Irak.

Organisasi HAM tersebut mengatakan bahwa kelompok yang juga disebut IS telah melakukan kejahatan perang, termasuk pembunuhan-pembunuhan massal dan penculikan terhadap kelompok etnis dan agama minoritas di negeri itu.

"ISIS melakukan pembantaian mengerikan yang tidak terbayangkan. Aksinya telah mengubah daerah-daerah pedesaan Sinjar menjadi lapangan pembantaian berlumuran darah dalam cara brutalnya untuk memusnahkan jejak warga setempat," demikian dikatakan oleh penasehat penanggap krisis senior Donatella Rovera, seperti dilansir Liputan6.com dari Irish Times (02/09/2014).

Suatu laporan baru oleh organisasi itu, berdasarkan pengalaman langsung dari beberapa penyintas pembantaian, menjelaskan "bagaimana puluhan pria dan anak lelaki di kawasan Sinjar di Irak utara dikumpulkan oleh anggota-anggota IS, digelandang ke dalam truk-truk bak terbuka dan dibawa ke kampung di daerah pinggiran untuk kemudian dibantai baik secara berkelompok maupun sendiri-sendiri".

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemarin mengumumkan akan mengirimkan 11 orang penyidik ke Irak untuk memerika kejahatan yang dilakukan oleh kaum militan IS "dalam ukuran yang tidak terbayangkan", yang bertujuan untuk menyeret para pelakunya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan itu.

"Kita menghadapi monster teroris," demikian diucapkan oleh menteri HAM Irak, Mohammed Shia' Al Sudani, kepada Dewan HAM PBB yang menyetujui resolusi yang disodorkan Irak dan Perancis dalam pertemuan darurat forum 47 negara di Jenewa di Swiss.

ISIS, yang pada bulan Juni lalu menyatakan pendirian "khalifah" di sebagian Irak dan Suriah yang berada di bawah kendalinya, telah disebut sebagai ancaman besar keamanan oleh para pemerintah di Barat sejak penayangan video pemenggalan wartawan AS, James Foley, di bulan Juni lalu.

Lebih dari 1,2 juta orang telah terusir dari rumah mereka dalam tahun ini saja. Angka-angka dari PBB yang diterbitkan kemarin menunjukkan setidaknya 1.420 orang terbunuh dalam kekerasan sektarian di Irak dalam bulan Agustus lalu saja.

Amnesty Internasional yakin ada ratusan wanita dan anak-anak dari warga minoritas Yazidi yang juga telah diculik sejak IS mengambil alih kendali wilayah itu.

Organisasi itu mengakui telah mengumpulkan bukti beberapa pembunuhan massal di Sinjar di bulan Agustus, termasuk penjarahan dua kampung di Qiniyeg dan Kocho.

"Jumlah orang yang terbunuh di kampung-kampung itu saja ada ratusan banyaknya. Kelompok-kelompok pria dan anak lelaki termasuk anak-anak yang masih berusia 12 tahun di dua kampung itu ditawan oleh para militan IS, dibawa pergi dan ditembak mati," demikian menurut laporan itu.

"Nasib ratusan warga Yazidi yang diculik dan ditawan oleh pihak IS masih belum jelas. Kebanyakan dari mereka yang ditawan IS telah diancam dengan pemerkosaan dan penistaan seksual atau ditekan untuk memeluk agama Islam. Dalam beberapa kasus, ada keluarga-keluarga yang diculik seluruhnya."

Seorang pria memberikan daftar berisi 45 nama anggota keluarganya yang hilang kepada Amnesty International, semuanya wanita dan anak-anak. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini