Sukses

Utiyah, Merawat Puluhan Penderita Gangguan Jiwa

30 Penderita gangguan jiwa ringan hingga berat ditampung di rumah penampungannya yang diberi nama Dzikrul Ghofilin.

Liputan6.com, Wonosobo - Berjoget bersama para pasien penderita gangguan jiwa biasa dilakukan sehari-hari Utiyah usai mengajar di Sekolah Dasar Negeri Erorejo, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (31/8/2014), bersama sang suami, Hamid Mustaqim, dan ketiga adiknya, Utiyah merawat penderita gangguan jiwa.

"Metodenya yang jelas zikir, dari hati ke hati, masalahnya apa, maunya bagaimana gitu. Kebiasaannya orang-orang seperti itu terpuruklah, semuanya mencaci, semuanya mencibir, semuanya menyalahkan gitu, jadi kita berilah dukungan, spirit (semangat) gitu," kata guru SD tersebut saat ditemui di rumah penampungan sakit jiwa yang dikelolanya.

30 Penderita gangguan jiwa ringan hingga berat ditampung di rumah penampungan yang diberi nama Dzikrul Ghofilin atau zikirnya orang-orang yang lalai (pasien). Para pasien dibawa keluarga mereka dari berbagai daerah, termasuk Jakarta.

Utiyah mencoba berbagai cara untuk meringankan penderitaan mereka. Kondisi sejumlah pasien jelas membaik.

"Rajin untuk salat, kadang mengingatkan salat malam dan mengingatkan aku untuk selalu berpakaian tertutup," ujar Ika, salah satu mantan pasien Utiyah.

Perjalanan hidup Utiyah yang pernah jadi TKI tidak mulus. Utiyah sendiri dan ketiga adiknya pernah mengalami gangguan jiwa.

"Saya diusir, dijambak, dipukul sama adik yang terakhir, tapi maklum aja memang dia kan belum tahu, ya saya cuma berdoa. Ya, Allah engkau titipkan amanah kepadaku tapi kenapa orang-orang di sekitarku belum terbuka juga hatinya. Sebetulnya dia ingin berbuat sesuatu ke saya," ungkap Utiyah.

Pengalaman itu membuatnya tergugah untuk membantu mereka yang senasib. Bahkan anak Utiyah sempat mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan ketika di lingkungan sekolah. Ada saja teman-temannya yang mengolok-olok dengan menyebut ibunya gila.

Awalnya lingkungan dan keluarga Utiyah sulit menerima. Berbagai tudingan miring berdatangan, tapi ia jalan terus hingga akhirnya upayanya didukung seluruh keluarga.

Kini telah 10 tahun perjuangan Utiyah mengurus penderita gangguan jiwa, boleh dikata dengan secara cuma-cuma alias gratis.

Upaya kemanusiaan Utiyah tidak sia-sia, kini ia mendapat tanggapan positif dari pemerintah daerah setempat.

"Apa yang dilakukan ibu Utiyah jelas membantu pemerintah. Terapi yang dilakukan oleh ibu Utiyah ini sudah memenuhi standar-standar yang ada di panti rehabilitas," kata Kabid Pengembangan Dinsos Wonosobo Edy Riyanto.

Dalam usia 46 tahun, ibu 4 orang anak ini berharap semakin banyak pihak memperhatikan nasib para penderita gangguan jiwa.

"Saya pinginnya orang-orang yang sakit seperti itu (sakit jiwa) sembuh tanpa obat, enggak kumat lagi, bisa menunjukkan kepada keluarga bahwa aku bisa," ujar harapan Utiyah. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini