Sukses

Dubes Guinea di AS Diduga Pukuli Anaknya Sendiri

Polisi menerima panggilan darurat terkait insiden pemukulan, yang ternyata dari rumah Dubes Guinea di AS, Ruben Maye Nsue Mangue.

Liputan6.com, Guinea - Duta besar (dubes) Guinea untuk AS diduga memukuli putrinya dengan kaki kursi kayu. Tuduhan itu mengemuka setelah ada laporan berupa panggilan darurat, dari perumahan para diplomat di pinggiran Washington, Arlington, Virginia.

Setelah diselidiki, panggilan terkait pemukulan yang dilakukan seorang pria pada Senin  25 Agustus 2014 malam waktu setempat itu, berasal dari rumah Dubes Ruben Maye Nsue Mangue.

Lalu juru bicara kepolisian Arlington, Dustin Sternbeck membenarkan bahwa mereka menanggapi panggilan darurat awal pekan ini untuk menyelidiki luka-luka akibat pukulan di kediaman diplomatik Guinea.

Gadis berusia belasan tahun korban pemukulan itu, lanjut Dustin, menderita luka pada kepala, matanya memar dan bengkak. Namun telah dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.

Setelah mewawancarai orang-orang di rumah itu, tersangka utama dari penyelidikan itu adalah sang dubes. Duta yang menjabat sejak tahun lalu, sebagai utusan tertinggi Guinea di Amerika.

Dilansir dari South China Morning Post, seorang wanita di rumah dubes Mangue yang dihubungi Pada Rabu 27 Agutus mengatakan gadis berusia 16 tahun itu baik-baik saja.

Wanita yang berbicara dalam bahasa Spanyol itu menolak untuk memberikan namanya. Dia juga mengatakan Mangue sibuk dan tidak bisa berbicara kepada media.

Meski demikian, seperti diberitakan BBC yang dimuat Jumat (29/8/2014), tak ada penangkapan. Sebab dubes yang disebut-sebut menjadi tersangka utama dalam pemukulan itu, memiliki kekebalan diplomatik.

Dengan kekebalan diplomatik, setiap duta besar yang mewakili negara mereka di luar negeri dilindungi dari penangkapan. Mereka tidak harus tunduk pada tuntutan karena pelanggaran-pelanggaran kecil, seperti melanggar peraturan parkir saat bertugas di luar negeri.

Kekebalan itu juga berlaku untuk tuduhan yang lebih serius.

Kepolisian Arlington menyatakan telah memberitahu Departemen Luar Negeri (Deplu) AS terkait kejadian itu. "Sangat prihatin dengan dugaan penyiksaan itu," demikian ungkap Depiu AS dalam sebuah pernyataannya.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan badan tersebut telah melakukan kontak dengan pemerintah setempat. Tapi tidak bisa membahas insiden terkait pemukulan itu lebih lanjut, karena ditangani melalui jalur pemerintah.

Sementara Kedutaan Equatorial Guinea menolak untuk membahas insiden tersebut. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini