Sukses

Video Ini Pecahkan Misteri Batu Bergulir di 'Lembah Kematian'

Death Valley, 'Lembah Kematian' di California menyimpan 'misteri abadi'. Batu-batu yang bergerak sendiri.

Liputan6.com, California - Death Valley, 'Lembah Kematian' di California menyimpan 'misteri abadi'. Di dataran kering kerontang, Racetrack Playa,  batuan meluncur dengan sendirinya. Tak ada yang tahu siapa atau apa pelakunya.

Batu-batu berserakan di dasar danau yang mengering itu. Ada yang beratnya mencapai 320 kilogram. Tak peduli besar atau kecil, masing-masing selalu diikuti garis panjang di belakangnya, seakan membentuk tarian yang sinkron.

Sejumlah teori diutarakan soal fenomena aneh itu. Dari yang ilmiah hingga yang tak masuk di akal: kekuatan badai, ganggang licin, lapisan tebal es, angin pusar (dust devil), kekuatan gaib, sampai alien. Satupun tak bisa dikonfirmasi, sebab, tak ada satupun manusia yang pernah melihat batu-batu itu bergerak.



Hingga akhirnya, tim peneliti dari Scripps Institution of Oceanography di San Diego, California memutuskan, bagaimanapun caranya, mereka harus memecahkan misteri itu. Pada musim dingin 2011, mereka mengangkut stasiun cuaca beresolusi tinggi untuk  mengukur angin pada interval satu detik.

Mereka juga membawa 15 batu yang dipasangi perangkat GPS -- pihak taman nasional tak mengizinkan mereka menggunakan yang ada di sana.

Mengetahui bahwa batu-batu itu jarang bergerak, mungkin sekali dalam 10 tahun, mereka bersiap menunggu untuk waktu yang lama. Untung, keberuntungan ada di pihak mereka. Ilmuwan Jim Norris dan Richard Norris yang mengunjungi lokasi pada Desember 2013 menemukan playa ditutupi air setinggi 7 cm.

"Pada 21 Desember 2013, es pecah sekitar tengah hari, muncul suara patahan dari seluruh permukaan kolam beku," kata Richard Norris seperti Liputan6.com kutip dari situs CNET, Kamis 28 Agustus 2014. "Aku berkata pada Jim, 'Ini dia!'."

Ternyata, gerakan itu membutuhkan rangkaian peristiwa yang sempurna. Pertama, playa harus dipenuhi air, yang cukup dalam untuk membentuk es mengambang selama musim dingin, tapi relatif dangkal sehingga batuan tersingkap.

Saat suhu udara anjlok pada malam hari, kolam membeku membentuk lapisan. Cukup tebal untuk mempertahankan kekuatannya, sebaliknya cukup tipis sehingga bisa bergerak bebas.

Kemudian, saat matahari kembali menampakkan diri, cuaca menghangat, es meleleh, pecahannya mengambang.

Pecahan berpinggir tajam itu lalu ditiup angin ke penjuru playa, mendorong batuan yang ada di depan mereka.

Dorongan itu lembut. Yang luar biasa, lapisan es yang tebalnya hanya 3-5 mm, yang digerakkan angin berkecepatan 3-5 meter per detik, mendorong batuan yang melaju 5 inci per detik. Kecepatan yang nyaris tak terlihat di kejauhan.

"Mungkin para wisatawan yang berkunjung tanpa sadar menjadi saksi dari fenomena itu," kata Jim Norris. "Apalagi sulit untuk menyadari sebuah batu bergerak jika batuan di sekitarnya juga melakukan hal yang sama."

Kasus selesai. Misteri bergeraknya batu di Racetrack Playa sudah terjawab. Namun, bagi pecinta teka-teki, masih ada pertanyaan yang tersisa.

"Kami mendokumentasikan 5 pergerakan dalam 2,5 bulan keberadaan kolam itu. Beberapa melibatkan ratusan batu," kata Richard Noris. "Jadi, kami menyaksikan bahkan di Death Valley, yang terkenal dengan panasnya yang bukan main, es yang mengambang memiliki kekuatan dahsyat yang menggerakkan batuan. Tapi, kami tak melihat fenomena yang sama di tempat lain.." Kenapa?

Makalah berjudul "Sliding Rocks on Racetrack Playa, Death Valley National Park: First Observation of Rocks in Motion", bisa dibaca di jurnal PLOS One versi online.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini