Sukses

Berebut Jodoh untuk Ahok

2 Tahun lalu, si banteng moncong putih dan burung garuda bersahabat erat.

Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Luqman Rimadi, Andi Muttya Keteng, Silvanus Alvin, Taufiqurrohman

2 Tahun lalu, si banteng moncong putih dan burung garuda bersahabat erat. Kedua sahabat ini begitu kompak hingga Ibukota pun bisa dikuasai. Tak seperti sekarang…

Sejak pecah kongsi saat Pilpres 9 Juli 2014 lalu, hubungan PDIP dan Partai Gerindra tak kunjung mencair. Apalagi kini anak emas Megawati Soekarnoputri, Jokowi berhasil memenangkan kursi presiden dari tangan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.

Kemenangan Gubernur DKI Jakarta itu pun menyisakan kekosongan kursi pemimpin di Ibukota. Untuk menggantikan posisi Jokowi, maka Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang juga politisi Partai Gerindra harus maju. Dan naik jabatannya pria yang karib disapa Ahok itu berakibat pada kosongnya kursi wagub.

PDIP dan Partai Gerindra kini harus duduk bersama, membahas siapa 'jodoh' untuk Ahok.

"Kita tahu nuansa Pilpres masih ada. Di sini dibutuhkan kenegarawanan, saling menghargai, saling mendengarkan. Politik kan butuh kematangan," kata Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (26/8/2014).

"Tentu saya yakin Gerindra dan PDIP, baik DKI dan pusat akan melakukan komunikasi yang baik," imbuh dia.

Srikandi untuk Ahok

Ahok bukannya tak paham hubungan yang tengah terjadi di antara PDIP dan partainya, Gerindra. Jika bisa memilih, dia ingin memegang Ibukota sendirian saja, tanpa pendamping. Alasannya satu, tak ingin ada ribut-ribut antara kedua partai tersebut.

Kekhawatirannya itu sudah diutarakan sejak jauh-jauh hari sebelum hasil Pilpres diumumkan pada 22 Juli 2014 lalu. Dia khawatir, tak akan ada pengisi kursi Wagub DKI jika hubungan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Dewan Pembina Prabowo Subianto tak kunjung mencair.

"Saya kira bisa-bisa nanti nggak ada wagub lagi, kalau dua-duanya (Prabowo dan Megawati) nggak kompak," kata Ahok 21 Juli 2014 lalu.

"Ini kan urusan Gerindra dan PDIP ya. Tergantung proses saja, kita pasrah saja. Pasrahdotcom. Nggak pernah komunikasi sekarang, " ujar dia 19 Agustus 2014 lalu.

Tapi mantan Bupati Belitung Timur itu juga tak memungkiri, sudah ada beberapa gambaran di kepalanya soal siapa yang cocok mendampingi memimpin Jakarta nanti. Beberapa di antaranya adalah sosok Srikandi alias wanita.

Deputi Gubernur Bidang Sarwo Handayani atau Yani dan Deputi Gubernur Bidang Kebudayaan, Pariwisata Silviana Murni atau Silvi, dan juga politisi PDIP Rieke Diah Pitaloka. Mantan anggota DPR itu mengaku lebih menginginkan sosok wanita yang menduduki kursi orang nomor 2 di DKI Jakarta.

"Bisa juga Rieke Pitaloka," ucap Ahok 26 Agustus 2014.

"Bu Yani boleh diajukan, kerjanya bagus. Ya tapi itu kalau 2 partai setuju. Kemudian Bu Silvi juga bisa kan," tutur dia, 25 Agustus 2014.

Namun siapapun yang terpilih nanti, Ahok tahu, hal itu berpulang ke 2 partai tersebut. Yang terpenting bagi dia adalah karakter calon Wagubnya nanti harus teruji. Dia meyakini, teori yang dikemukakan Presiden Amerika Serikat ke-16, Abraham Lincoln, bahwa karakter seseorang baru teruji kalau pernah diberi kekuasaan.

"Saya mana tahu karakter Anda jadi wagub, kalau Anda nggak pernah memegang jabatan eksekutif," ucap dia 20 Agustus 2014.

Dan PDIP berjanji akan mendengarkan Ahok. Hal ini dijamin Wasekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

"Tentu saja kita akan mendengarkan Pak Ahok," kata Hasto 26 Agustus 2014.

"Siapa jadi wagub, tentu saja DPP partai ada mekanisme. Proses penjaringan pun dengan mendengarkan masukan-masukan. Baik internal DPP maupun DPD sudah dilakukan," imbuh dia.

Namun, baik PDIP dan Partai Gerindra, masing-masing sudah memiliki daftar nama yang dinilai layak menjadi Wagub DKI Jakarta.

Dari kubu PDIP, Wasekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku, ada 2 nama yang dianggap mampu bekerja secara berdampingan dengan Ahok. Mereka, yakni Ketua DPD DKI Jakarta PDIP Boy Sadikin dan mantan Walikota Blitar dari PDIP Djarot Saiful Hidayat.

Meski demikian, Hasto menggarisbawahi calon yang akan menjadi pendamping Ahok haruslah tokoh yang mewarisi semangat dan visi-misi Jokowi. Hal itu agar pondasi yang dibangun Jokowi-Ahok selama 2 tahun mengurus Ibukota tak sampai terbuang percuma.

Yang jelas, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani menegaskan, posisi wagub adalah hak partai merah tersebut.

"Yang menggantikan (Ahok) seharusnya (kader) PDIP. Karena kan Pak Ahok merupakan perwakilan dari Gerindra," kata Puan.

Sementara Partai Gerindra juga tak mau kalah. Partai pimpinan Suhardi itu bakal mengajukan 1 nama untuk calon Wagub DKI Jakarta. Ketua DPD DKI Jakarta Gerindra M Taufik mengatakan, tak ada larangan dalam UU yang menyatakan kursi DKI 2 harus diisi oleh PDIP meski Jokowi berasal dari partai berlambang banteng itu.

"Partai pengusung kan 2, PDIP dan Gerindra. Bisa jadi masing-masing partai mempunyai nama. Itu akan kita sampaikan ke DPRD DKI. Buat Gerindra yang penting komitmennya mau menyejahterakan rakyat Jakarta, konsisten," jelas M Taufik 25 Agustus 2014. Santer dikabarkan Partai Gerindra akan mencalonkan M Sanusi sebagai wagub.

Sementara sang presiden terpilih, Jokowi menyerahkan keputusan terkait 'jodoh' Ahok ini kepada partainya. Meskipun begitu, dia mengaku, ada 30 nama calon yang sudah diusulkannya.

"Kok maunya saya? Saya tidak punya kewenangan. Saya itu cuma mengusulkan," ucap Jokowi 21 Juli 2014 lalu.

"Ini urusannya gini loh, selesaikan dulu satu-satu, pilpres kelar, tahap kedua mengundurkan diri, baru tahap ketiga (wagub)," tandas dia. (Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini