Sukses

ISIS Mulai Mendekati Perbatasan Turki

Mereka bergerak dalam iringan truk-truk berlapis baja yang dijarah dari markas-markas militer Irak yang ditinggalkan.

Liputan6.com, Marea Kelompok militan ISIS belum menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti mempeluas wilayah 'kalifah' mereka. Gerakan-gerakan terus dilakukan untuk memastikan keberadaan jalur pasokan.

Kelompok militan IS menohok ke arah perbatasan Turki dengan barat laut Suriah yang merupakan pintu gerbang para pihak yang berminat bergabung dengan kalifah yang diterapkan di sebagian besar timur Suriah dan barat Irak.

Sejumlah besar kelompok IS, yang dulunya bernama ISIS, pada akhir pekan lalu bergerak menuju kawasan perbatasan Turki, sekitar 95 kilometer di utara Aleppo.

Mereka bergerak dalam iringan truk-truk berlapis baja yang dijarah dari markas-markas militer Irak yang ditinggalkan.

Seperti yang dilansir Liputan6.com dari The Observer (23 Agustus 2014), kawasan itu sekarang merupakan garis depan yang paling menggeliat dalam upaya mereka menggambar ulang batas-batas wilayah Levant, yang tentunya berdampak besar kepada Turki.

Penduduk dan militan oposisi Suriah di kota Marea, yang dekat dengan perbatasan Turki, pada Sabtu lalu mengatakan bahwa IS telah merangsek dan telah mengirim utusan-utusan untuk tawar menawar akses.

"Mereka bisa saja menyerbu seperti kaum Mongol, jika mereka mau," demikian ujar seorang pejuang dari kelompok pemberontah Suriah, Front Islam.

"Namun mereka mencoba bermuka manis. Kami pernah berhadapan dengan mereka sebelumnya. Tidak usah berbaik-baik dengan mereka. Kami akan harus bertempur."

Beberapa ratus tahun yang lalu, gelombang serbuan pasukan Mongol menyerbu Turki tanpa dapat ditahan, seperti gelombang air bah yang dahsyat.

Pihak oposisi Suriah menjalani perang yang pahit dan mahal melawan ISIS di wilayah yang sama pada Januari lalu, sampai-sampai mendepak mereka dari tempat yang biasanya menjadi ajang awal berkumpulnya pejuang-pejuang asing untuk kemudian menyerang ke dalam Irak.

Perang selama enam minggu telah menelan lebih dari 2.500 jiwa para pejuang oposisi sehingga memungkinkan rejim Suriah, bersama-sama dengan antek-anteknya, pelan-pelan mengepung Aleppo dari barat laut. Pergerakan itu bisa dibilang sangat penting dalam perang sipil Suriah.

Sejak pertempuran itu, aliran para pejuang asing yang masuk dari perbatasan Turki ke ISIS sempat menurun.

ISIS ingin membalik keadaan, supaya lebih mudah bagi siapapun yang ingin bergabung dengan mereka menyebrangi jalur sepanjang sekitar 210 kilometer yang sering dipakai oleh sebagian besar pejuang asing, termasuk mereka yang berasal dari Inggris dan Eropa.

"Perbatasan Turki merupakan jalan satu-satunya untuk menyelundupkan minyak, senjata, dan para pejuan asing masuk ke Irak dan Suriah," demikain dikatakan oleh pakar Irak soal ISIS, Dr. Hisham al-Hashimi.

"Jika ditutup, terputuslah tiga hal: pendanaan, masuknya para pejuang asing, dan hubungan ke Eropa yang mereka sedang berusaha buka. Jika rencana-rencana itu dihancurkan, mereka ingin membuka satu gerbang lagi di Lebanon."

Kalifah baru ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, telah mendesak birokrat, hakim-hakim, administrator, dan para dokter untuk hijrah ke wilayah yang dikatakannya bersifat otonomi di kawasan di Irak dan Suriah yang diperintah berdasarkan syariah dan tidak peduli dengan batas-batas negara yang ada sekarang.

Pemerintah-pemerintah Eropa dan AS, selama 18 bulan belakangan ini telah mendesak Turki, suatu negara anggota NATO, untuk melakukan lebih lagi demi menghentikan penyebrangan para pelaku jihad yang menyeberang ke Suriah.

Para pejabat di Ankara awalnya bersikeras bahwa tidak banyak yang dapat mereka lakukan untuk membedakan mereka yang melakukan ziarah agama ke Turki dan mereka yang berniat bergabung dengan militan.

Pejabat-pejabat intelijen menegaskan bahwa negara-negara yang khawatir kalau-kalau warganya ada yang menjadi ekstremis harus menangkalnya sebelum mereka bepergian. Namun demikian, pemerintah-pemerintah Eropa semakin kesal dengan apa yang mereka anggap sebagai keengganan Turki menghadapi kelompok jihad yang menggoyah rejum Assad.

Beberapa pihak menengarai bahwa Kepolisian Nasional Turki lebih berniat untuk menghadapi ISIS daripada badan intelijen nasional, MIT.

Namun demikian, sejumlah sumber mengatakan kepada The Observer bahwa kepolisian tersingkir dalam pergulatan kekuasaan melawan presiden terpilih Recep Tayyip Erdogan. Lingkaran dalam Erdogan telah memberikan tanggungjawab mengatasi kelompok-kelompok jihad kepada MIT.

Para pejabat Barat mengatakan kepada Observert bahwa mereka wajib berhati-hati sewaktu berbicara kepada pihak Turki terkait dengan para pejuang pemegang paspor asing yang ditengarai berusaha masuk ke Suriah melalui Turki.

Penggunaan kata-kata "ekstremis" atau "teroris" dalam surat-menyurat resmi bisa-bisa tidak mendapatkan hasil apa-apa. Namun begitu, para pejabat Turki sangat membantu sekiranya ada pertanyaan-pertanyaan tentang "mereka yang menyalahgunakan agama".

Pertikaian tentang istilah-istilah tadi menggarisbawahi semakin mendalamnya kepekaan seputar ancaman yang ekstremis kawasan itu sehingga beberapa tokoh senior di Timur Tengah dan Eropa mengatakan bahwa Turki telah menyokong kelompok itu melalui pembiaran ataupun kebijakan tidak tertulis.

"Mari kita lihat bagaimana mereka memberikan reaksi terhadap kemajuan terkini ISIS," kata seorang pemimpin di kawasan itu pada Sabtu lalu. "Lebih dari setahun lamanya pihak Turki sudah diberitahui bahwa masalah ini telah semakin tidak terkendali lagi. Sekarang Turki harus menyegel perbatasan. Kalifah pura-pura ini tidak boleh dibiarkan."

Al-Hashimi mengatakan bahwa sekarang Turki harus dipaksa bertindak. "Saat ini Turki harus melakukan sesuatu dan memblokade perbatasan karena mereka tidak percaya lagi kepada ISIS yang telah menyerbu Kurdistan. Mereka sekarang sadar bahwa ISIS dapat saja melabrak mereka."

Bentang perbatasan yang dipakai oleh kaum militan untuk merembes ke dalam Suriah terdiri dari dataran rata dan tanah-tanah terjal sehingga sulit diawasi.

Sejak tahun 2012, pihak berwenang di Turki telah mengijinkan senjata-senjata dan pasokan yang ditujukan kepada kelompok-kelompok oposisi Suriah yang jelas dikenal.

ISIS terus menggelisahkan kawasan itu karena kemampuannya untuk berperang sekaligus di beberapa pertempuran, sebagaimana yang terlihat dalam tiga hari terakhir di Suriah. Gerak maju mereka di utara berlangsung berbarengan dengan upaya kelompok itu untuk mencaplok pangkalan udara terakhir milik rezim di timur Suriah.

Penambahan kekuatan Suriah pada Sabtu lalu terus mempertahankan pangkalan itu, Taqba, yang adalah pangkalan bagi 800 hingga 1.100 tentara dan pilot, bersama dengan sejumlah jet tempur. Tapi, keberadaan pangkalan itu yang terpisah dari mana-mana menyusahkan pertahanannya. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini