Sukses

Sebelum Penggal Wartawan AS, ISIS Minta Tebusan Rp 1,5 Triliun

Belum diketahui apakah video pemenggalan itu asli atau palsu. Biro Investigasi Federal AS (FBI) tengah menyelidikinya.

Liputan6.com, Baghdad - Nasib wartawan asal Amerika Serikat, James Foley berakhir tragis. Jurnalis Global Post dan AFP itu dikabarkan tewas dipenggal oleh anggota kelompok ekstremis garis keras Islamic State of Iraq and Syria, sebagai seruan agar AS menghentikan serangan udara ke markas militan tersebut.

Foley diketahui telah diculik sejak 2012. Menurut Chief Executive Officer (CEO) Global Post Philip Balboni, ISIS sempat meminta uang tebusan senilai US$ 132 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun kepada pihak keluarga agar ia bisa dibebaskan.

"Awalnya sempat meminta uang, tapi pada akhirnya, pekan lalu mengeluarkan ancaman untuk membunuh Foley," ujar Balhoni kepada CNN, yang dimuat Jumat (22/8/2014).

Juru bicara Kementerian Pertahanan AS John Kirby mengatakan pihaknya telah berusaha keras mencari dan membebaskan Foley sebelum ia dikabarkan telah tewas dipenggal. Pasukan elite AS diterjunkan ke Irak untuk menemukan si juru warta, namun gagal.

"Sayangnya, misi kami gagal, karena sandera tidak ada di lokasi yang kami duga sebelumnya," ujar Kirby.

Dalam video berjudul "A Message to America", terlihat sang jurnalis yang mengenakan pakaian oranye berlutut di samping pria bersenjata yang mengenakan pakaian dan topeng hitam.

Militan bertopeng, yang mengidentifikasi dirinya sebagai anggota ISIS, mengatakan kematian Foley adalah pembalasan atas serangan AS ke Irak, ke basis militan ISIS. Setelah ia bicara, pria itu mulai memotong leher tawanannya sebelum video memudar menjadi hitam. Jasad sang wartawan kemudian terlihat terbaring di tanah.

Belum diketahui apakah video tersebut asli atau palsu. Biro Investigasi Federal AS (FBI) tengah menyelidikinya.

Sementara pihak intelijen Inggris tengah menyelidiki dugaan bahwa algojo pemenggal wartawan AS adalah warga London berdasarkan asken bicara yang terlontar dari mulutnya.

Inggris juga berencana menurunkan pasukan militernya ke Irak sebagai upaya untuk membawa pulang sejumlah warga negara mereka yang diduga menjadi anggota ISIS.

Baca juga:

Petinggi ISIS Tewas Dibom di Suriah

Ulama Besar Arab Saudi: ISIS Musuh Islam Nomor Wahid

Maskapai AS Dilarang Terbang Lintasi Kawasan Konflik Suriah

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini