Sukses

Protes Kekejaman Tentara, Aktivis Dibui & Mogok Makan 14 Tahun

Sharmila yang dikenal dengan sebutan 'Iron Lady of Manipur' mulai melakukan aksi mogok makan pada 5 November 2000.

Liputan6.com, New Delhi - Aktivis hak asasi manusia asal India, Irom Sharmila akhirnya dibebaskan dari rumah sakit penjara Jawaharlal Nehru Institute of Medical Sciences (JNIMS) pada Rabu, 20 Agustus 2014.

Sharmila didakwa pasal 309 Undang-Undang India atas percobaan bunuh diri dengan melakukan aksi mogok makan. Namun karena hakim tidak menemukan bukti apapun terkait tuduhan tersebut, ia akhirnya dibebaskan setelah 14 tahun mendekam di sel rumah sakit.

Sharmila yang dikenal dengan sebutan 'Iron Lady of Manipur' mulai melakukan aksi mogok makan pada 5 November 2000, sebagai bentuk protes terhadap kekejaman tentara yang menembak mati 10 orang di sebuah halte bus di dekat kediamannya di Manipur, daerah terpencil yang berbatasan dengan Myanmar.

"Pengadilan mengatakan bahwa tidak ada bukti yang menemukan bahwa Sharmila telah mencoba bunuh diri," kata pengacara Sharimla, Khadamani kepada Indian Express seperti dikutip Reuters, Kamis (21/8/2014).

"Kami berpendapat bahwa mogok makan adalah sesuatu yang dilegalkan secara konstitusional," tambah dia.

Sharmila yang terlihat rapuh dan duduk di kursi roda pun akhirnya bisa bernafas lega, setelah dirinya dinyatakan bebas.

Di luar rumah sakit, para pendukung Sharmila berkumpul bersorak-sorai dan menyambutnya dengan rangkaian bunga.

"Sulit dipercaya sekarang saya sudah bebas. Saya akan terus berjuang untuk melawan ketidakadilan dan kejahatan yang dilakukan tentara di Manipur," jelas Sharmila.

Selama ditahan, ia terus melakukan aksi mogok makannya itu. Namun Sharmila dipaksa makan dengan cara diteteskan lewat hidung beberapa kali dalam sehari.

"Saya telah menderita selama 14 tahun, tapi perjuangan saya tak akan berhenti. Ini perang saya untuk melawan hukum yang kejam. Saya bersumpah untuk melanjutkan mogok makan sampai tuntuan saya dikabulkan," tambah wanita berusia 42 tahun itu.

Sharmila menuntut pencabutan undang-undang Armed Forces Special Powers (AFSPA) yang banyak menghasilkan pelanggaran HAM di India. Isi undang-undang ini memperbolehkan militer India untuk menggeledah, memeriksa, memasuki rumah seseorang dan menembak di tempat.

Undang-undang tersebut telah diberlakukan di Khasmir dan bagian timur India. (Imelia Pebreyanti/Ein)

Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini