Liputan6.com, Jakarta: Sedikitnya 1.000 orang dari 12 elemen masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Anti-Komunis berunjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia, Ahad (30/9). Aksi ribuan massa itu, untuk memperingati Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia, 36 tahun silam. Pada kesempatan itu, mereka meminta Presiden Megawati Sukarnoputri segera mengeluarkan pernyataan tertulis tentang G-30S/PKI sekaligus bukti penolakan kembali komunis di Indonesia.
Aksi tersebut di antaranya diikuti organisasi massa Front Hizbullah, Pergerakan Islam untuk Tanah Air, dan Front Pembela Merah Putih pimpinan Eurico Gutteres. Sebelum bergerak ke Bundaran Hotel Indonesia, sejak pukul 11.00 WIB, massa telah berdemo di Silang Monumen Nasional, Jakarta. Beberapa orang dari perwakilan masing-masing elemen berorasi menyerukan penolakan komunis di Indonesia. Eurico Gutteres, yang dikenal saat menjadi Wakil Panglima Perang Timor Timur Pro-Integrasi, dalam orasinya meminta, Megawati dalam waktu tiga hari mengeluarkan pernyataan tertulis tentang G-30S/PKI.
Sementara itu, dalam dialog seputar kejadian September 1965 di Jakarta, cendekiawan muslim Solahuddin Wahid mengatakan, pemerintah perlu mengklarifikasi fakta-fakta sejarah. Menurut Solahuddin, fakta mengenai tragedi itu banyak yang telah dibelokkan. Sebab itu, klarifikasi sejarah penting untuk menghindari kerancuan tentang dalang peristiwa tersebut. Tujuannya, agar masyarakat mendapatkan informasi yang tepat. Ia menilai, TNI Angkatan Darat adalah institusi yang paling kompeten untuk meluruskan sejarah itu.
Hal senada juga disampaikan saksi sejarah Mayor Jenderal Mursyid, yang pada saat kejadian menjadi Deputi Menteri Panglima Angkatan Darat. Musryid meminta, pemerintah segera merehabilitasi nama baiknya. Alasannya, selama ini, sejarah mencatat dirinya sebagai tokoh di belakang kejadian tersebut.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)
Aksi tersebut di antaranya diikuti organisasi massa Front Hizbullah, Pergerakan Islam untuk Tanah Air, dan Front Pembela Merah Putih pimpinan Eurico Gutteres. Sebelum bergerak ke Bundaran Hotel Indonesia, sejak pukul 11.00 WIB, massa telah berdemo di Silang Monumen Nasional, Jakarta. Beberapa orang dari perwakilan masing-masing elemen berorasi menyerukan penolakan komunis di Indonesia. Eurico Gutteres, yang dikenal saat menjadi Wakil Panglima Perang Timor Timur Pro-Integrasi, dalam orasinya meminta, Megawati dalam waktu tiga hari mengeluarkan pernyataan tertulis tentang G-30S/PKI.
Sementara itu, dalam dialog seputar kejadian September 1965 di Jakarta, cendekiawan muslim Solahuddin Wahid mengatakan, pemerintah perlu mengklarifikasi fakta-fakta sejarah. Menurut Solahuddin, fakta mengenai tragedi itu banyak yang telah dibelokkan. Sebab itu, klarifikasi sejarah penting untuk menghindari kerancuan tentang dalang peristiwa tersebut. Tujuannya, agar masyarakat mendapatkan informasi yang tepat. Ia menilai, TNI Angkatan Darat adalah institusi yang paling kompeten untuk meluruskan sejarah itu.
Hal senada juga disampaikan saksi sejarah Mayor Jenderal Mursyid, yang pada saat kejadian menjadi Deputi Menteri Panglima Angkatan Darat. Musryid meminta, pemerintah segera merehabilitasi nama baiknya. Alasannya, selama ini, sejarah mencatat dirinya sebagai tokoh di belakang kejadian tersebut.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.