Sukses

Suka Duka Paskibraka, Cerita Horor Sampai Bonus Presiden

Di balik kebanggaan sebagai paskibraka, banyak cerita suka duka yang mewarnainya. Seperti yang dialami Indah Soetjihati Anwar.

Liputan6.com, Depok - Menjadi paskibra dianggap prestasi yang membanggakan bagi para pelajar. Terlebih dapat terpilih menjadi pengibar bendera di Istana Negara pada tanggal 17 Agustus. Seperti yang dialami Indah Soetjihati Anwar, mantan anggota Paskibraka Pasukan 8 angkatan 1981.

Namun di balik kebanggaan sebagai paskibraka, banyak cerita suka duka yang mewarnainya. Sebut saja proses seleksi yang superketat. Namun Indah berhasil lolos seleksi tingkat nasional mewakili Jawa Timur, setelah melewati puluhan seleksi dari tingkat sekolah hingga tingkat provinsi.

"Seleksinya cukup banyak dan selektif. Dari mulai tingkat sekolah sampai provinsi. Dan itu ratusan sekolah," ujar perempuan berumur 49 tahun itu saat berbincang dengan Liputan6.com, Depok, Jawa Barat, Minggu (17/8/2014).

Tentu bukan hanya memiliki fisik dan kesehatan yang baik untuk menjadi anggota paskibraka. Kemampuan akademis dan bakat lain juga menjadi bagian dari seleksi. Beruntung, Indah berhasil melewati tahapan itu hingga berhasil masuk sebagai Pasukan 8.

"Kan paskibraka itu dibagi 3 kelompok, Pasukan 17, Pasukan 8, dan Pasukan 45. Sesuai Hari Kemerdekaan. Nah untuk masuk pasukan 17 dan 8 itu ada seleksi lagi," ujar dia.

Pada masa paskibraka angkatan 1981, menurut Indah, Pasukan 17 diisi anggota paskibraka nomor wahid. Sedangkan Pasukan 8 diisi anggota paskibraka nomor dua. Sementara Pasukan 45 diisi pasukan dari TNI dan Polri.

"Nah, kalau Pasukan 17 itu yang paling depan, biasanya dikawal anggota TNI atau Polri bawa bendera pusaka," jelas dia.

Semua anggota paskibraka yang lolos seleksi tingkat nasional harus menjalani penggemblengan di asrama selama sebulan penuh menjelang peringatan HUT RI.

Meski sudah lama berlalu, tahap pelatihan masih membekas di benak Indah. Ia harus menjalani latihan fisik dan mental yang super ketat. Tak ayal, banyak anggota paskibraka lain harus gugur seleksi.

"Jadi seleksinya sistem gugur. Setiap hari ada tes dan penilaian. Yang nggak lolos seleksi langsung gugur, nggak lolos ke tahap berikutnya," ujar dia.

Dalam tahap ini pula menjadi saat-saat yang menegangkan. Tapi, setiap anggota paskibraka yang berprestasi baik, dia akan mendapat pin Garuda.

"Penilaian ini setiap hari, dari mulai kedisiplinan sampai kerapihan kamar asrama. Kamar mandi dan tempat tidur kita juga dinilai. Untung kamar mandi saya waktu itu selalu bersih, makanya saya dapat 2 pin Garuda," kenang Indah.

Pada tahap penggemblengan ini setiap peserta juga harus merasakan pelatihan full time. Layaknya anggota militer. Disiplin menjadi makanan sehari-hari setiap anggota paskibraka.

"Kita pukul 02.00 bangun pagi suruh bersih-bersih, nyuci baju, nyikat kamar mandi, sampai pagi. Jam 6-10.00 pagi latihan pengibaran, jam 10-12.00 siang istirahat. Jam 12-14 makan dan salat, jam 14-16.00 suruh tidur. Terus jam 16-18.00 latihan lagi. Nanti jam 22-24.00 malem tes seleksi," papar Indah.

"Kita pagi-pagi buta udah dijemput bus dari Asrama Haji Pondok Gede ke lokasi latihan di Pasar Bunga Cibubur," sambung dia.

Tak hanya itu, pengalaman horor juga harus dialami para anggota paskibraka selama tinggal di asrama. Saat itu Asrama Haji menjadi lokasi asrama anggota paskibraka. Pernah suatu malam, anggota paskibraka pindah tempat tidur. Konon ada mahluk halus penunggu asrama yang memindahkannya.

"Jadi teman saya, malem-malem dia tidur di kamarnya lantai 8, trus pas bangun di lantai 1. Padahal kan kalau sudah malam nggak ada yang boleh main, pukul 00.00 lampu dimatiin sampai pukul 02.00 baru nyala," ungkap ibu 2 anak itu.

Namun selain pengalaman duka, ada juga pengalaman manis yang dipetik setelah pelatihan itu. Semua anggota paskibraka akan menikmati banyak hadiah dan bingkisan dari presiden dan menteri kabinet.

"Dari mulai uang sampai hadiah-hadiah lain. Itu pas habis 17-an. Nah malam 17-an kita nangis-nangis dulu tuh di Makam Pahlawan Kalibata," pungkas perempuan yang juga pintar menari dan menyanyi itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.