Sukses

Kotak Hitam Pesawat Air Algerie Tak Terbaca

"Pesawat jatuh secara vertikal pada kecepatan yang sangat tinggi. Mereka yang ada di dalamnya akan tewas seketika."

Liputan6.com, Mali - Penyidik terus menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat Air Algerie di Mali yang menewaskan 116 orang di dalamnya. Hasil sementara dari pemeriksaan itu pun sudah dipublikasikan.

"Pesawat jatuh dan kemudian hancur setelah kehilangan kendali kecepatan dan menukik tajam," kata peneliti seperti dimuat News.com.au, Jumat (8/8/2014).

Berdasarkan temuan awal penyelidikan atas tragedi yang terjadi pada 24 Juli 2014 lalu, Kepala Biro Investigasi dan Analisis (BEA) Badan Keamanan Udara Prancis, Remi Jouty mengatakan rekaman suara kokpit itu saat ini tidak dapat digunakan sebagai bukti pendukung.

"Rekaman itu sedikit rusak. Kami mampu untuk mengekstrak itu...Laboratorium BEA mampu memulihkan rekaman itu. Sayangnya rekaman tersebut sejauh ini tidak dapat digunakan," ucap Jouty.

"Perangkat perekam itu tampaknya telah rusak sebelum kecelakaan, dan kerusakan bukan disebabkan oleh dampak kecelakaan," tambahnya.

Jouty mengutarakan, penyelidikan itu belum bisa memberikan informasi lebih lanjut terkait penyebab jatuhnya pesawat yang dicarter dari perusahaan Spanyol itu. Tetapi bisa diketahui bahwa burung besi McDonnell Douglas 83 itu jatuh dari langit secara vertikal, dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dan masih dalam kondisi utuh ketika pertama kali menyentuh tanah.

"Ketika melihat lintasannya, kami yakin bahwa pesawat tidak hancur menjadi beberapa bagian saat di udara."

Bagaimana dengan alat yang rusak, yang bukan disebabkan kecelakaan? "Saya tidak berpikir kita bisa mengecualikan kemungkinan tindakan yang disengaja, tapi kita tidak bisa mengatakan lebih untuk saat ini," sambung Remi Jouty.

Kotak hitam perekam penerbangan, yang saat ini tak dapat digunakan, menunjukkan hilangnya kendali kecepatan udara secara tiba-tiba sebelum pesawat membelok tajam ke kiri, kemudian jatuh ke tanah di tengah kondisi cuaca buruk.

Butuh waktu hanya sekitar satu detik untuk pesawat jatuh dari ketinggian terakhir yang tercatat sekitar 500 meter atas di gurun di Mali.

Sejauh ini, pihak Prancis yang bertanggungjawab atas penyelidikan tragedi yang menewaskan penumpang dari Burkina Faso, Lebanon, Aljazair, Spanyol, Kanada, Jerman, dan Luksemburg.

Penyelidikan Lanjutan

Meski belum dapat ditemukannya penyebab pasti jatuhnya Air Algerie, tak akan menghentikan langkah para penyidik. Mereka pun akan terus melakukan penyelidikan hingga terkuak apa yang dicari.

"Akan ada laporan kemajuan baru pada pertengahan September. Tidak akan ada update lebih lanjut sampai saat itu," kata kepala komisi kecelakaan penerbangan sipil Mali, N'Faly Cisse.

Terkait hal itu, Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengungkapkan bahwa pilot pesawat yang lepas landas pada 24 Juli dari Ouagadougou di Burkina Faso menuju Aljazair telah meminta putar balik karena cuaca buruk.

Peneliti internasional telah bekerja keras di lokasi kecelakaan, dalam kondisi cuaca yang sangat tidak ramah dan panas yang ekstrem.

Ahli forensik memutuskan untuk menggunakan sampel DNA untuk mengidentifikasi para korban tewas. Karena kerasnya tumbukan antara pesawat dan daratan membuat tubuh para penumpang hancur dan tersebar di daerah yang luas.

Patrick Touron, pejabat polisi Prancis mengungkapkan, pada hari Selasa 5 Agustus ia telah kembali dari Mali dan membawa lebih dari 1.000 sampel jenazah dari lokasi kecelakaan. Jumlah tersebut jauh meningkat dari total penumpang, karena tak ada jasad yang utuh.

"Secara ilmiah, kita memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat mengidentifikasi semua orang," ucap Touron.

"Pesawat jatuh vertikal pada kecepatan yang sangat tinggi, karena itu benar-benar tertumbuk. Mereka di dalamnya akan tewas seketika dan tidak akan merasa apa-apa," urai Touron.

Presiden Francois Hollande mengatakan, sisa-sisa jasad penumpang pesawat yang ditemukan akan diterbangkan ke Prancis. Semuanya.

Kecelakaan itu adalah kecelakaan ketiga di seluruh dunia dalam waktu hanya delapan hari. Menambah kelabu industri penerbangan.

Sebelumnya pada tanggal 17 Juli 2014, pesawat Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di Ukraina timur, menewaskan 298 orang di dalamnya.

Lalu pada 23 Juli, pesawat Taiwan jatuh saat hujan deras. Menewaskan 48 orang. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini