Sukses

Vonis Haram ISIS dan Jilboobs

Selain mengeluarkan fatwa haram terhadap ISIS, pada hari yang sama MUI juga mengeluarkan fatwa haram terhadap fenomena Jilboobs.

Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya pejuang asing yang kini turut berkecimpung dalam perang saudara di Suriah, membuat dunia cemas dan waspada. Beberapa negara Barat dengan tegas akan menghukum warganya yang pergi ke Suriah untuk bergabung dengan pemberontak di sana.

Namun belakangan dikabarkan, bukan hanya warga negara-negara Barat yang berperang ke Suriah. Mirip kondisi Afghanistan, beberapa orang warga negara Indonesia juga berangkat ke Suriah dan bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syria atau Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Yang mencemaskan, ternyata para pemuda Indonesia yang bertempur bersama kelompok militan yang sebelumnya bernama Negara Islami Jihadis Irak itu, berbicara tentang beberapa tempat kejadian peperangan sipil di Indonesia. Para pemuda itu juga menyerukan untuk meruntuhkan pemerintahan Indonesia yang mereka pandang kafir.

Bahkan, mereka akan menghapus dasar negara Pancasila untuk menjadikan Indonesia sebagai bagian dari kekuasaan ideologi ISIS. Termasuk, gagasan-gagasan yang marak di masa-masa kerusuhan sektarian di Indonesia beberapa tahun yang lalu.

Dalam video berdurasi lebih dari 10 menit itu, beberapa pria mengenakan balaklava sambil memanggul senjata Kalashnikov, selagi memandang kamera di suatu tempat di Suriah. Mereka adalah mahasiswa, pengusaha, mantan tentara, dan bahkan remaja.

Satu per satu mereka mengajak warga negaranya untuk bergabung dengan ISIS dalam Bahasa Indonesia, untuk `bertempur di jalan Allah SWT sebagai kewajiban` dan supaya para pemuda Indonesia `tidak takut karena ketakutan adalah cobaan setan.`

Mereka juga melakukan testimoni selama bergabung dengan ISIS. Seorang pejuang, yang mengaku mantan anggota TNI menyerukan kepada para anggota Polri dan TNI untuk bertobat dan tidak lagi membela Indonesia dan ideologi kafir, yaitu Pancasila. Menurut dia, ini kesempatan emas berjihad di jalan Allah SWT.

Video para pemuda Indonesia di Suriah ini beredar sesaat sebelum ISIS mencaplok Mosul dan Tikrit di Irak, yang merupakan kemenangan penting pada 10 dan 11 Juni lalu. Hal ini menggambarkan daya tarik kelompok Sunni ini, terhadap kebanyakan militan dari Indonesia yang berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Baru-baru ini juga muncul video serupa di laman Youtube, namun kali ini diketahui dipimpin Bahrumsyah, yang juga berkewarganegaraan Indonesia. Munculnya video ISIS yang tak lama kemudian lenyap dari laman Youtube dan mural bendera ISIS di Solo membuat Pemerintah Indonesia mengecam dan melarang keras kehadiran ISIS di Indonesia.

Tak hanya di Solo, ISIS juga ternyata sudah beredar ke sejumlah kota seperti di Yogyakarta, Malang, Bima dan Bekasi. Bahkan di Jakarta ISIS sudah memasuki wilayah akademisi seperti di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Namun pemerintah daerah, para tokoh dan ulama cukup reaktif menolak kehadiran ISIS.

Paham ISIS yang dianggap banyak kalangan sesat, akhirnya langsung mendapat reaksi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan mengeluarkan fatwa haram terhadap ISIS. Sebenarnya fatwa haram ini sudah lama dikeluarkan MUI. Menurut MUI, tanpa mengeluarkan fatwa haram pun ISIS sudah haram.

Sebab, Menurut Wakil Ketua MUI KH Maruf Amin, ISIS menjadi haram lantaran apa yang dilakukan kelompok tersebut seperti melakukan tindakan kekerasan untuk mencapai sebuah tujuan sudah keluar dari ajaran Islam. Maka itu keberadaan kelompok yang dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi itu jelas haram.

 
Jilboobs


Selain mengeluarkan fatwa haram terhadap ISIS, pada hari yang sama MUI juga mengeluarkan fatwa haram terhadap fenomena yang belakangan ini muncul, yakni Jilboobs. Berasal dari kata 'Jilbab' dan 'Boobs' (payudara) lalu dibuatlah akronim 'Jilboobs'.

Menurut Wakil Ketua MUI KH Ma'ruf Amin, pihaknya mengharamkan hal tersebut lantaran aurat yang ditutup oleh muslimah tersebut tidak sesuai dengan apa yang menjadi syariat Islam mengenai cara berpakaian.

"Kalau begitu kan sebagian menutup aurat, sebagian masi memperlihatkan bentuk-bentuk yang sensual, itu yang dilarang," tegas dia. Dengan begitu, MUI pun mengimbau agar setiap muslimah yang sudah mengenakan jilbab untuk lebih memperhatikan cara berpakaiannya.

Fenomena ini memang baru-baru ini tengah menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, khususnya di jejaring sosial. Beberapa forum diskusi online ramai dengan komentar-komentar warga forum mengenai gaya berhijab yang mengekspos payudara itu.

Sebut saja sebuah akun Facebook yang bernama `Jilboobs Community`. Halaman tersebut dibuat pada 25 Januari 2014. Hingga kini ada sebanyak 26 foto di halaman tersebut yang menampilkan The Jilboobers. Jilboobs Community kini sudah mendapat 708 likes. Untuk pertama dan terakhir kalinya hingga kini, admin halaman tersebut mengunggah sebanyak 26 foto pada 29 Januari 2014.

Gaya busana para jilboobers itu sendiri sebenarnya cukup beragam. Satu benang merah yang bisa dilihat dari ragam busana jilboobers tersebut, adalah ukuran pakaian yang ketat sehingga bagian payudara penggunanya terekspos.

Bicara fesyen memang sebuah pilihan, tapi fesyen punya banyak fungsi. Dengan pakaian, kita bisa menunjukkan siapa diri kita sesungguhnya atau berpura-pura menjadi orang lain.

Bagaimana kita berpakaian, bisa juga menjadi cermin tahap kehidupan yang sedang kita lalui. Entah sedang bertransformasi dari pribadi lama menuju pribadi baru, atau berada dalam perangkap citra diri baru dengan identitas pribadi lama, yang sesungguhnya belum berubah.

Hal ini terjadi lantaran masyarakat memadupadankan antara jilbab dengan pakaian ketat. Banyak yang berdalih bahwa mereka ingin tetap terlihat modis dan cantik walau pun menggunakan jilbab. Maka dari itu, muncullah kombinasi jilbab dengan pakaian super ketat yang secara tak langsung menunjukkan bagian tubuh dari wanita yang seharusnya ditutupi.

Dengan beragamnya interpretasi terhadap kaidah keagamaan, ditambah dengan kondisi religiusitas masing-masing personel berbeda-beda, alhasil gaya busana dengan jilbab pun tidak seragam. Namun umumnya para jilboobs memiliki beberapa khas.

Hijabers Natasha Farani yang kerap berbagi cara menggunakan hijab di laman Youtube ini memaklumi fenomena ini. Sebab, bisa jadi mereka masih dalam tahap belajar, dan sedang mencari gaya berpakaian muslim yang benar seperti apa.

Namun Natasha berharap, fenomena ini tidak terlangsung lama. Mereka yang mencontoh gaya berbusana itu adalah individu yang sedang dalam tahap belajar seperti dirinya, sambil mencari informasi tentang bagaimana gaya berpakaian yang benar.

Sementara Psikolog Bidang Pendidikan Universitas Indonesia (UI) Dr Rose Mini A p, M Psi menjelaskan, sejumlah perempuan muslim berusaha keras agar terlihat mampu mengikuti tren, tapi tidak mengerti bahwa apa yang mereka lakukan justru keliru dalam pandangan Islam.

Seperti di Arab Saudi, pakaian ketat memang dikenakan sebagai dalaman. Di bagian luar, mereka mengenakan pakaian muslim sesuai syariat yang dianjurkan. "Kalau ke Masjidil Haram, dan sholat di bagian khusus perempuan, suka terlihat tanktop di bagian dalam ketika jubah mereka yang besar itu terbuka sedikit. Bukan sebaliknya, dalaman dijadikan luaran," kata Rose.

Psikolog yang akrab disapa Bunda Romie ini melanjutkan, ketika memutuskan untuk berjilbab, seorang perempuan harus menanamkan dalam dirinya bahwa jilbab tidak hanya aksesoris semata. Sebab, tanggung jawab besar tengah menantinya. Selain itu juga, sebelum berjilbab, pikirkan dengan matang bahwa iman mereka memang sudah benar.

Terpenting, kata Rose, lihatlah tingkah laku diri sendiri dan pastikan dengan penuh keyakinan bahwa mereka benar-benar siap untuk berjilbab. Tidak melakukan suatu hal yang merugikan orang lain, tidak mengambil hak orang lain, karena itu tidak akan mencoreng nama baik orang yang melakukannya itu, tapi juga agama yang dianutnya.

Satu kelebihan Indonesia dibanding negara-negara lainnya dalam hal busana muslim, adalah kekayaan busana tradisional yang menjadi inspirasi dalam merancang busana muslim. Singkat kata, ada banyak pilihan gaya busana muslim selain jilboobs.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini