Sukses

Dituding Korupsi, SBY: Saya akan Akhiri Kepemimpinan Tanpa Fitnah

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membantah semua bocoran pemerintah Australia yang diungkapkan Wikileaks.

Liputan6.com, Bogor - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membantah informasi yang dibocorkan situs Wikileaks. Ketua Umum Partai Demokrat itu menegaskan, dirinya tak terlibat dengan korupsi jutaan dolar terkait pencetakan uang yang disebut-sebut turut melibatkan tokoh dan pemimpin Asia.

Informasi yang dibocorkan Wikileaks itu dinilai sebagai fitnah di masa-masa akhir kepemimpinan SBY yang akan berakhir Oktober 2014 nanti. SBY memastikan, akan mengakhiri masa kepemimpinannya dengan baik.

"Kami akan terus mengemban tugas sampai akhir penugasan kami dengan baik, tanpa ada persepsi yang tak baik, apalagi fitnah yang tak baik kepada saya dan Ibu Megawati," ujar SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis (31/7/2014).

SBY pun meminta kepada Bank Indonesia (BI) untuk memberikan penjelasan mengenai tudingan korupsi pencetakan uang itu. "Kewenangan pencetakan uang berada di tangan BI. Saya berpesan kepada saudara Gubernur Deputi BI tadi, agar bisa memberikan penjelasan yang lebih lengkap dan rinci," tutur dia.

"Tegakkan kebenaran, karena dengan menegakkan kebenaran kita mendapatkan keadilan. Jangan sampai orang yang tak berdosa tak mendapat keadilan," pungkas SBY.

Sebelumnya, situs Wikileaks menyebut ada 17 tokoh yang terlibat dalam kasus korupsi jutaaan dollar terkait pencetakan uang ini. Salah satunya SBY. Selain Indonesia, beberapa pemimpin Asia yang terlibat disinyalir berasal dari Malaysia dan Vietnam.

Menurut dokumen WikiLeaks tertanggal 29 Juli 2014, ada kasus yang menyangkut dugaan korupsi jutaaan dolar yang dibuat oleh agen dari anak perusahaan RBA Securency dan Note Printing Australia untuk mengamankan kontrak yang diduga melibatkan beberapa tokoh dan pemimpin Asia seperti Indonesia, Malaysia dan Vietnam, termasuk keluarga dan pejabat senior masing-masing negara itu terkait pencetakan uang.

"Perintah untuk memerintahkan keamanan nasional (Australia) untuk mencegah pelaporan tentang kasus ini, oleh siapa saja. (Tujuannya) untuk mencegah kerusakan hubungan internasional Australia," tulis WikiLeaks. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini