Sukses

Malapetaka Nyaris Melanda Bumi 2 Tahun Lalu

Liputan6.com, Colorado - Hari itu 23 Juli 2012, dua tahun lalu, penduduk Bumi melakukan kegiatan sehari-hari, tanpa sadar bencana dahsyat nyaris menimpa planet kita.

Informasi yang dikuak baru-baru ini oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menjelaskan, di hari itu Bumi nyaris terkena suar surya (solar flare) atau Coronal Mass Ejection (CME) -- lontaran massa korona, dari badai matahari paling kuat dalam kurun waktu 150 tahun.

Meski luput mengenai planet manusia, badai matahari menghantam satelit  olar Terrestrial Relations Observatory (STEREO-A) milik NASA.

Apa yang terjadi jika badai matahari sampai menghantam Bumi? Jawabannya: malapetaka.

"Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan, kami makin yakin bahwa Bumi dan manusia di dalamnya sangat beruntung saat itu," kata Daniel Baker dari  University of Colorado, yang mengepalai proyek riset badai matahari, seperti Liputan6.com kutip dari The Space Reporter, Jumat (25/7/2014). "Seandainya terjadi seminggu sebelumnya, Bumi akan berada di garis api."

Satu-satunya yang sebanding dengan CME pada Juli 2012 adalah peristiwa Carrington Event  yang terjadi pada September 1859. Suar awalnya secara langsung diamati oleh astronom Inggris, Richard Carrington.

Kala itu sejumlah CME berkekuatan tinggi menghantam Bumi selama beberapa hari berturut-turut. Northern Lights atau aurora memanjang hingga selatan Kuba. Saluran telegraf global terputus, bahkan memicu api yang membakar sejumlah kantor telegraf,

Seandainya hal serupa terjadi pada 2012, akibatnya akan lebih berbahaya dan meluas. Sinar-X dan radiasi ultraviolet tingkat tinggi akan mengionisasi bagian atas atmosfer Bumi -- mematikan jaringan radio dan mengganggu kerja GPS. Elektron dan proton yang terdorong dalam peristiwa itu akan merusak satelit-satelit bikinan manusia yang ramai mengorbit Bumi.



Tak sampai di situ, CME yang datang kemudian bisa memicu pemadaman listrik global. Sebuah studi yang dilakukan National Academy of Sciences memperkirakan, kejadian tersebut bisa menyebabkan kerugian ekonomi mencapai US$ 2 triliun, 20 kali lebih besar dari Badai Katrina yang pernah mengguncang AS.

Tak sekadar rugi secara materi. Manusia tak bakal bisa melakukan hal-hal yang paling sederhana sekalipun. Badai matahari berpotensi menonaktifkan 'segala sesuatu yang dihubungkan ke stopkontak'. Kebanyakan orang bahkan tak bakalan bisa menyiram toilet karena pasokan air perkotaan sebagian besar mengandalkan pompa listrik."

Hanya 10 tanpa listrik, internet, atau komunikasi di seluruh dunia -- adalah hal menakutkan. Akibatnya bisa dirasakan bertahun-tahun. Ini akan menjadi kekacauan dan bencana dalam skala epik.

Pada Juli 2012 lalu, adalah keberuntungan bahwa badai matahari menghantam STEREO-A ketimbang Bumi. Observatorium surya mencatat data pada struktur magnetik, gelombang kejut, dan partikel energik yang dihasilkan oleh CME di hari itu, juga CME-CME lain sebelumnya.

Dari informasi-informasi tersebut terungkap bahwa pada 23 Juli 2012 CME terjadi dua kali secara terpisah, masing-masing berdurasi 10 dan 15 menit.  Ditambah CME yang terjadi empat hari sebelumnya.

Kabar buruknya, pada bulan Februari 2014, sebuah studi yang dipimpin oleh Pete Riley dari Predictive Science Inc menemukan bahwa kemungkinan badai matahari sekuat Carrington Event atau yang terjadi pada Juli 2012 kembali menghantam Bumi dalam waktu 10 tahun, adalah 12 persen. Angka yang relatif tinggi. "Kita harus bersiap," kata Baker, seperti Liputan6.com kutip dari News.com.au. (Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.