Sukses

2 Tentara Israel yang Tewas di Jalur Gaza Warga AS

Stuart mengaku terakhir berkomunikasi dengan putranya pada Sabtu 19 Juli pukul 4.00 waktu California. Beberapa jam sebelum kematiannya.

Liputan6.com, Yerussalem - 2 Dari 13 tentara Israel (IDF) yang tewas dalam pertempuran darat di Jalur Gaza adalah warga negara Amerika Serikat (AS).

Seperti dikutip dari ABC News, Senin (21/7/2014), salah satu tentara yakni Max Steinberg telah dikonfirmasi kematiannya oleh sang ayah, Stuart Steinberg.

Max yang berusia 24 tahun itu sebelumnya tinggal di Southern California San Fernando Valley, dan menjadi penembak jitu untuk Brigade Golani.

Max adalah salah satu dari 13 tentara Israel dan 65 warga Palestina yang tewas dalam pertempuran pada Minggu 20 Juli waktu setempat, antara Israel dengan Hamas.

Sebelum mengemban tugas di Beersheba, Israel, Max menuntut ilmu di Pierce College dan El Camino Real High School di California Selatan.

Ia mengunjungi Israel untuk pertama kalinya dengan adiknya pada bulan Juni 2012. Ketika kembali, ia mengatakan kepada orangtuanya mengenai rencana kembali ke Israel dan bergabung dengan IDF. Kurang dari 6 bulan kemudian, tepatnya pada Desember 2013, Steinberg berangkat ke Israel.

"Dia benar-benar berdedikasi dan berkomitmen untuk melayani negara Israel. Ia fokus, ia jelas tahu apa misinya, dan ia dedikasikan dirinya untuk melakukan pekerjaannya," urai Stuart.

Kabar kematian Max diberitahukan oleh perwakilan dari Konsulat Jenderal Israel di Los Angeles.

Stuart mengaku terakhir berkomunikasi dengan putranya pada Sabtu 19 Juli pukul 4.00 waktu California. Beberapa jam sebelum kematiannya.

Kala itu Max menceritakan, kelompoknya telah terluka ketika 2 tank mereka bertabrakan. Mereka harus kembali ke Israel untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Beberapa tentara mengalami patah tulang, dan Max terkilir punggungnya.

"Dia menelepon saya pukul 04.00 pagi, dan mengatakan akan kembali ke Gaza, kembali ke pertempuran, bersama teman-temannya," tutur Stuart.

Sersan Carmeli

Sebelumnya, dalam sebuah pernyataan, IDF juga menyatakan Sersan Nissim Sean Carmeli tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza.

"Carmeli yang baru berusia 21 tahun berasal dari Pulau Padre Selatan, Texas," kata Wakil Konsulat Jenderal bagian barat daya Israel, Maya Kadosh.

Maya mengatakan, Carmeli pindah ke Israel 4 tahun lalu. Saat ini pihak konsulat membantu keluarganya mendapatkan penerbangan ke negeri zionis itu pada Minggu 20 Juli waktu setempat.

"Carmeli bergabung dengan tentara Israel setelah menyelesaikan sekolah tinggi di Israel dan di Brigade Golani," ungkap Rabbi Asher Hecht dari Chabad of Rio Grande Valley, yang merupakan teman keluarganya.

"Dia memiliki kekuatan yang besar, namun memiliki pribadi dan jiwa yang lembut," kata Hecht. "Ini merupakan hari yang sangat sulit bagi kami," tambahnya. "Kami kehilangan seseorang yang berharga."

Carmeli adalah anak bungsu dari 3 dan memiliki 2 saudara perempuan yang saat ini tinggal di Israel. Dia "dicintai oleh orang tuanya jauh," kata Hecht.

Semenjak Israel memulai Operation Protective Edge, tercatat militan Palestina atau Hamas telah meluncurkan 1.414 roket dan mortir ke wilayah Israel. Sebanyak 377 roket di antaranya berhasil dihancurkan di udara oleh sistem pertahanan udara Iron Dome milik negara Yahudi itu.

Sementara di pihak Israel, sedikitnya 13 tentara tewas saat melakukan gempuran via darat di wilayah Gaza pada Minggu kemarin. Gempuran darat Israel di Gaza sudah memasuki hari ketiga. Total 18 tentara Israel tewas semenjak operasi via darat dimulai. Sedangkan 2 warga sipil Israel lainnya tewas akibat serangan roket dari Gaza.

Baca Juga:

Hamas Tumpas 11 Tentara Israel dalam 24 Jam

Kesaksian Horor Warga Ukraina Sesaat Setelah Pesawat MH17 Meledak

Anaknya Menghilang di Pesawat MH370, Sang Cucu Tewas di MH17

Kata-kata Terakhir Penumpang Pesawat MH17 yang Diroket

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini