Sukses

Kisah Korban Kekerasan Seksual yang Raih Gelar Miss World

Perjalanan Abargil dari ratu kecantikan menjadi aktivis dikisahkan dalam film dokumenter "Brave Miss World".

Liputan6.com, Jakarta - Ini adalah kisah nyata tentang seorang perempuan tegar yang bangkit dari trauma berat: enam minggu sebelum meraih gelar Miss World 1998, Linor Abargil menjadi korban kekerasan seksual, di bawah todongan pisau, oleh agen perjalanan yang membawanya dari Italia -- di mana ia menjadi model-- ke Israel, kampung halamannya.

Hati Abargil, yang saat itu berusia 18 tahun, hancur. Namun, ibunya menguatkannya untuk melaporkan kejadian tersebut, dan tetap maju ke kontes kecantikan mewakili negaranya. Dan menang. Saat dimahkotai sebagai Miss World, Abargil menangis. Itu bukan sekadar air mata bahagia.

Seperti apa yang pernah dilakukan sang ibu, kini, Abargil mencoba untuk menguatkan jiwa sesama korban kekerasan seksual, untuk berani bicara. Melawan balik dengan melaporkan pelaku.

Perjalanan Abargil dari ratu kecantikan menjadi aktivis dikisahkan dalam film dokumenter yang jadi salah satu nominasi untuk meraih penghargaan Emmy 2014, "Brave Miss World".

"Adalah sang ibu yang menguatkannya dengan berkata, 'Jangan takut, itu bukan kesalahanmu. Ayo lapor polisi, jangan mandi dulu'. Itu yang mengubah hidupnya," kata Cecilia Peck, salah satu produser film dokumenter tersebut.

"Kata-kata itu memberinya keberanian untuk melaporkan tindakan bejat itu. Setelah pemerkosanya dihukum pada 1999, Abargil berhenti bicara terbuka tentang trauma yang ia alami, dan mundur dari sorotan publik. Namun, pada 2008, ia menguatkan jiwanya, untuk kembali berteriak lantang melawan kekerasan seksual. Ia juga mendorong korban kekerasan seksual lain untuk berbagi cerita.



Ia bahkan mempersilakan kisah hidupnya dijadikan film dokumenter. Kru "Brave Miss World" mengikuti perjalanan Abargil dari Afrika Selatan ke Eropa, di mana ia bicara dengan para penyintas (survivor) kekerasan seksual, ikut dalam demonstrasi di kampus-kampus Amerika,  ke lorong-lorong Parlemen Israel, hingga napak tilas ke lokasi di mana serangan itu terjadi.

"Film ini adalah tentang keberanian untuk memperjuangkan keadilan dan agar para korban pemerkosaan dan kekerasan berani bicara. Ini tentang membentuk seseorang menjadi aktivis yang berjuang demi mendapatkan keadilannya sendiri dan orang lain," kata Peck.

Dinominasikan untuk meraih 2014 Emmy for Exceptional Merit in Documentary Filmmaking, dokumenter tersebut akan ditayangkan secara luas.

Menurut Cecilia Peck, tak mudah untuk mengangkat tema tentang hal yang dianggap tabu. Butuh waktu 5 tahun untuk menyelesaikan film tersebut.

"Kesempatan kami datang saat Linor Abargil siap bicara tentang pemerkosaan yang dialaminya, setelah masa pemulihan trauma yang panjang. Butuh waktu 11 tahun setelah kejadian tersebut --memenangkan Miss World, bertahun-tahun mengikuti sidang pengadilan, menenangkan diri -- dan akhirnya pulih," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Kamis (17/7/2014).

Peck menambahkan, Linor Abargil dianggap memberi dorongan pada para penyintas untuk bicara. "Dengan film ini ia berharap bisa menjangkau lebih banyak orang. Dan dengan membuat situs, ia ingin melakukan kontak dengan para penyintas."

Peck mengaku pihgaknya merasa bertanggung jawab untuk film yang mengandung pesan kuat yang akan disampaikan pada orang di seluruh dunia. "Menyampaikan pesan Linor Abargil tentang bagaimana pentingnya untuk tidak malu dan tidak tinggal diam."

Dalam film tersebut Abargil menceritakan tentang hidupnya: ia berasal dari kota kecil di mana pelesir dan mobil baru adalah sesuatu yang mewah.

Setelah memenangkan gelar Miss Israel, ia dikirim ke Milan, Italia, untuk jadi model. Setelah 2 minggu, ia merasa tak betah dan merindukan keluarganya. Agensi model menghubungkannya dengan seorang agen perjalanan asal Israel, Shlomo Nur -- pria bejat yang tega melakukan tindakan biadab padanya.

"Maaf. Pemerkosaan begitu mengisolasi. Bahkan jika Anda memberitahu prang-orang apa yang terjadi, mereka takut untuk menyebut kata itu. Sehingga korban dikelilingi oleh keheningan," kata Abargil. Dan ia tak diam, tapi melawan balik! (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.