Sukses

Ramadan di Tengah Bombardir Israel, Gaza Bak Kota Mati

Tak ada korban jiwa di Israel, sementara jumlah korban tewas di Gaza mencapai sekitar 170 orang setelah serangan selama 7 hari sejak 8 Juli.

Liputan6.com, Gaza - Pada bulan suci Ramadan, biasanya umat Muslim berkumpul dengan teman-teman dan keluarga. Tarawih atau mengaji bersama. Ke pasar malam untuk membeli makanan khas, juga menggelar buka puasa bareng.

Tapi tak demikian dengan warga Gaza -- wilayah padat penduduk yang bertahun-tahun menderita di bawah blokade. Keceriaan Ramadan di kota itu kini sirna. Kota kecil itu malah digempur bom oleh Israel. Serangan tak henti-hentinya membombardir setiap 5 menit.

Seperti dikutip dari ABC6 yang dimuat Liputan6.com, Selasa (15/7/2014), kondisi itu telah mengubah hingar-bingar bulan puasa di Jalur Gaza hilang berganti sunyi bak kota hantu.

Jalan-jalan yang biasanya ramai kini sepi. Toko-toko tutup dan ratusan ribu orang berlindung dari bom.

Keadaan sebaliknya terjadi di Israel, ratusan roket yang ditembakkan oleh militan Gaza tak banyak mempengaruhi kehidupan mereka. Warga sipil hanya berlari ke tempat penampungan anti-bom dan tinggal di dalamnya jika sirene berbunyi.

Tak ada korban jiwa di Israel, sementara jumlah korban tewas di Gaza mencapai lebih dari 170 orang setelah serangan sejak Selasa 8 Juli 2014 lalu.

Di Gaza, warga ketakutan dan bingung atas keselamatan mereka. Rasa sedih pun menghinggapi, karena tak bisa menjalani Ramadan seperti biasa.

"Situasinya sangat buruk dan tidak biasa sama sekali," kata ibu rumah tangga Umm Al-Abed.

"Orang-orang di bulan Ramadan biasanya menggunakan waktu untuk saling mengunjungi dan membeli kudapan yang hanya dijual selama bulan suci. Tapi sekarang, karena suasana perang, orang takut untuk pergi keluar dan tidak ada gaji untuk siapa pun," jelas  Al-Abed.

Al-Abed menuturkan, ia pernah mencari toko-toko yang buka di Jalan Omar Mukhtar, salah satu jalan utama kota Gaza. Namun ia tak menemukan ada kios buka, dan harapannya untuk membeli makanan ala Ramadan kandas.

"Perekonomian sangat buruk, karena toko-toko semuanya tutup dan orang-orang semua di rumah," jelas Al-Abed.

Di dekat Jabalya, Ibrahim Mahmoud Daoud memandang muram beberapa pemuda yang membantunya memunguti puing-puing rumahnya yang berlantai dua, yang kini rata oleh bom dari sebuah pesawat perang Israel.

Tidak jelas mengapa rumah menjadi sasaran. Israel mengatakan pihaknya menargetkan gedung-gedung yang digunakan oleh Hamas untuk tujuan militer.

"Kami tidak membutuhkan rumah," kata Daoud. "Apa yang kita butuhkan adalah sebuah negara. Anda saja aku masih muda, sehingga aku bisa mengenakan sabuk bunuh diri dan meledakkan diri di Tel Aviv."

Beberapa dari mereka diam-diam mengkritik Hamas. Abu Ali, seorang sopir untuk bisnis keluarganya, bersikeras bahwa di lingkungannya gerakan itu dicerca.

"Semua orang di sini membenci Hamas," ujar Ali. "Tapi mereka terlalu takut untuk mengatakan secara terbuka. Makanan kami berasal dari Israel, tetapi apa yang kami berikan dibalas dengan roket. Roket yang tak hanya membuat lubang kecil di tanah".

(Riz)

Baca juga:

Masih Ada Kemanusiaan di Gaza

Kedubes Australia Atur Kepulangan Warganya dari Gaza

Terjebak Saat Berlibur di Gaza, Warga AS Dievakuasi dengan Bus

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini