Sukses

Kisah Warga Gaza Cari Makanan Buka Puasa Saat Ancaman Bom Melanda

Pria berusia 45 tahun ini menyusuri jalanan lengang untuk mencari toko yang buka guna membeli makanan untuk buka puasa buat dua putranya.

Liputan6.com, Gaza - Walaupun Israel telah menghujani Jalur Gaza dengan bom, ketakutan akan terbunuh atau terluka tak menghentikan langkakh seorang ayah keluar rumah berburu makanan berbuka puasa. Pria berusia 45 tahun ini menyusuri jalanan lengang untuk mencari toko yang buka guna membeli makanan buat dua putranya.

Ahmed Abu Shaban, ayah lima anak ini bernafas lega saat menemukan toko yang setengah-buka. Ia membeli dua kaleng susu dan segera pulang melewati permukiman. Tak ada kendaraan sementara semua toko di sana tutup.

"Alhamdu Lillah! Akhirnya ada yang buka," kata Abu Shaban, seorang guru di satu sekolah dasar di Kota Gaza.

"Saya tak peduli dengan nyawa saya, tapi saya benar-benar peduli dengan keluarga saya," kata Abu Shaban. Ia menambahkan, "Saya harus berlari dan bersama keluarga saya sesuatu yang buruk terjadi ... Mereka mengkhawatirkan saya."

Selama 4 hari belakangan, jet tempur Israel terus melancarkan serangan udara sepanjang waktu terhadap lokasi yang menjadi sasaran di Jalur Gaza. Israel percaya ini digunakan untuk membalas aksi militan Palestina yang menembakkan roket dan amunisi ke dalam wilayah Israel.

Sebanyak 1,8 juta warga Jalur Gaza tetap tinggal di dalam rumah kecuali ada keperluan mendesak. Mereka didera rasa ketakutan akibat serangan udara yang tak pernah berhenti dan kemungkinan operasi darat.

"Kehidupan benar-benar lumpuh," kata Abu Shaban, sebagaimana dikutip Xinhua, Jumat (11/7/2014) malam. "Jalanan lengang dan tak ada orang yang keluar rumah karena khawatir terbunuh atau terluka sementara televisi memperlihatkan bahwa Israel menyerang ke mana-mana secara membabi buta."

Pada Kamis pagi 10 Juli 2014, satu pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri --yang dioperasikan HAMAS-- di Jalur Gaza mengatakan lebih dari 70 rumah dan sebanyak 15 bangunan pemerintah hancur akibat serangan udara Israel dalam 4 hari belakangan.

Di jalan utama di Kota Gaza, hanya ada beberapa ambulans yang mondar-mandir untuk membawa korban jiwa sipil dan gerilyawan ke rumah sakit. Deru kendaraan tanpa awak dan suara ledakan besar terus menggetarkan dan mengguncang rumah di daerah kantung itu.

"Selain hilangnya nyawa dan rusaknya bangunan serta rumah, kehidupan yang lumpuh di Jalur Gaza mengakibatkan kerugian ekonomi parah, yang pada dasarnya bertambah buruk," kata Shadi Nasan, pemilik pasar mini di Jalur Gaza.

Nasan mengatakan selama hari pertama agresi militer Israel ke Jalur Gaza, tokonya dipenuhi orang yang membeli makanan. "Tapi dalam dua hari belakangan, kegiatan usaha sangat merosot."

Sementara itu, Ashraf Al-Qedra, Juru Bicara Kementerian Kesehatan yang dikelompok HAMAS di Jalur Gaza mengatakan, di Rumah Sakit Shiffa di Kota Gaza ada 88 orang Palestina tewas dan 660 orang lagi cedera selama tiga hari belakangan. "Sebanyak dua-pertiga korban adalah perempuan, anak-anak dan pria tua".

"Kami menderita kekurangan parah 35 persen obat, perlengkapan medis dan layanan kesehaan buat pasien. Kami telah menghentikan operasi normal dan hanya memusatkan perhatian pada operasi korban yang cedera dalam serangan udara Israel," kata Al-Qedra.

Buat banyak rakyat Jalur Gaza, yang paling mereka khawatirkan bukanlah serangan saat ini terutama terhadap sasaran HAMAS, tapi operasi darat berskala besar dari Israel --yang mungkin segera dilancarkan. (Ant)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini