Sukses

Kisah Jurnalis Palestina Tewas Kena Rudal Israel

Shehab adalah jurnalis Media 24. Ia mengendarai mobil yang ditempeli stiker besar berwarna merah bertuliskan 'TV' saat dibom.

Liputan6.com, Gaza - Sambil berurai air mata, penyiar televisi Al-Aqsa mengumumkan kematian wartawan Palestina, Hamed Shehab. Jurnalis yang terkena serangan udara Israel saat mengemudi pulang ke Jalan Omar al-Mukhtar.

Shehab, pria berusia 27 tahun itu bekerja untuk perusahaan pers lokal Media 24. Ia mengendarai mobil yang ditempeli stiker besar berwarna merah bertuliskan 'TV' saat dihantam rudal Israel.

Pemboman yang dilakukan di salah satu jalan tersibuk di Kota Gaza itu, telah memicu ketakutan dan kemarahan di kalangan wartawan di Gaza.

"Serangan tersebut dimaksudkan untuk mengintimidasi kami. Israel tidak memiliki target lagi, kecuali warga sipil dan wartawan," kata seorang kamerawan TV Al Mayadeen yang berbasis di Beirut, Abed Afifi kepada Al Jazeera, Jumat (11/7/2014).

Afifi menuturkan, Shehab adalah seorang pekerja media profesional yang independen, dan tidak berafiliasi kepada partai politik. Namun maut memutus karirnya sampai di situ.

Jasad Shehab tiba di rumah sakit Shifa Gaza dalam kondisi tak sempurna. Tubuhnya terpotong, terbakar dan tidak dapat diidentifikasikan. Mobil berwarna perak yang dikendarainya penuh dengan pecahan roket dan berlumuran darah.

Selain Shehab, delapan warga Palestina juga terluka dalam serangan yang sama.

"Aksi kejahatan ini dimaksudkan untuk mematahkan karya pekerja media profesional Palestina yang bekerja siang dan malam... untuk menunjukkan kebrutalan pada profesi itu," ujar Ihab al-Ghussein dari Kementerian Dalam Negeri Gaza, mengomentari kematian Shehab itu dari Rumah sakit Shifa.

"Tidak diragukan lagi ini adalah kejahatan, tetapi wartawan tidak akan menghentikan misi mereka," tambah Ghussein.

Sementara itu, pemerintah Israel mengatakan tidak memiliki informasi awal tentang insiden itu "Saat ini sedang diselidiki lebih lanjut," ujar salah satu juru bicara militer Israel.

Sedangkan organisasi wartawan Palestina The Palestina Jurnalis Syndicate mengutuk pembunuhan Shehab, sebagai perang melawan kebebasan pers.

"Ini adalah kejahatan yang disengaja dan direncanakan untuk mencegah wartawan Palestina, untuk menunjukkan kejahatan dan kengerian hukuman kolektif terhadap warga Jalur Gaza," demikian pernyataan dari kelompok tesebut.

Perkumpulan itu mengatakan, akan menarik semua kelompok media internasional untuk menarik keanggotaan Jurnalis Syndicate Israel terkait pembunuhan Shehab itu.

Ini bukan pertama kalinya wartawan menjadi target Israel di Gaza. Pada bulan November 2012, tentara Israel melakukan empat serangan terpisah pada media yang berbasis di Gaza, menewaskan dua juru kamera, melukai sedikitnya 10 pekerja media lainnya, dan merusak kantor empat media.

Juru bicara pemerintah Israel Mark Regev membenarkan pengeboman itu, mengatakan bahwa orang-orang yang ditargetkan bukan wartawan resmi.

Human Rights Watch (HRW) mengungkapkan, bahwa serangan udara Israel telah melanggar hukum perang. "Wartawan yang memuji Hamas dan stasiun TV yang memuji serangan terhadap Israel mungkin propagandis, tapi itu tidak membuat mereka sasaran yang sah di bawah hukum perang," kata Sarah Leah Whitson, direktur Timur Tengah di HRW.

Sebelumnya pada tanggal 8 Juli, reporter Without Borders menuduh Israel mencegah wartawan saat melaporkan munculnya kekerasan dan penangkapan di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Israel.

Mousa Rimawi, Kepala Pusat Palestina berbasis di Ramallah untuk Pembangunan dan Media Kebebasan (MADA) mengatakan, Israel sering menjadikan wartawan Palestina dan internasional sebagai sasaran.

"Tujuannya, adalah untuk membungkam media dan mencegah wartawan untuk menutupi kejahatan yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina," ucap Rimawi.

"Tanpa tekanan dari masyarakat sipil internasional, Israel akan terus menargetkan wartawan. Tidak ada tekanan dan tidak ada yang dapat menghentikan mereka dari kebijakan ini," tambah Rimawi.

Tapi untuk wartawan seperti Afifi, pekerjaannya adalah sesuatu yang tidak mau dikompromikan, meskipun kurang tidur selama empat hari terakhir, dan berada di luar kamar mayat di rumah sakit Shifa.

"Semua serangan-serangan terhadap warga sipil, tidak akan menghentikan kami. Dunia harus melihat apa yang Israel lakukan di Gaza," beber Afifi.

Jumlah korban tewas Palestina hampir 100 orang pada Jumat pagi. Sementara ratusan lainnya cedera selama empat hari terakhir dari serangan udara Israel.

PBB memperkirakan pada Kamis 10 Juli, 342 unit rumah telah hancur. Sebanyak 2.000 Warga Palestina pengungsi, dalam pemboman tersebut. (Ein)

Baca Juga:

Menlu Marty: Tiba Waktunya Kebiadaban Israel Dihentikan

Anak-anak di Gaza Tewas Kena Bom, Bocah Israel Main Dalam Bunker

Dalam 3 Hari Israel Telah Luncurkan 800 Ton Bom ke Gaza

Aksi Gadis Palestina Tonjok Tentara Israel Populer di YouTube :

Lirik `We Will Not Go Down`....Lagu Pujian untuk Rakyat Gaza

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini